CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.466.000   -11.000   -0,74%
  • USD/IDR 15.860   -72,00   -0,46%
  • IDX 7.215   -94,11   -1,29%
  • KOMPAS100 1.103   -14,64   -1,31%
  • LQ45 876   -10,76   -1,21%
  • ISSI 218   -3,03   -1,37%
  • IDX30 448   -5,87   -1,29%
  • IDXHIDIV20 540   -6,91   -1,26%
  • IDX80 126   -1,77   -1,38%
  • IDXV30 135   -1,94   -1,41%
  • IDXQ30 149   -1,85   -1,22%

RBA: Pelemahan Dolar Australia Hanya Akan Sedikit Berdampak pada Inflasi


Senin, 24 Oktober 2022 / 06:35 WIB
RBA: Pelemahan Dolar Australia Hanya Akan Sedikit Berdampak pada Inflasi
ILUSTRASI. Dolar Australia sudah melemah 14% terhadap the greenback sepanjang tahun 2022


Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - SYDNEY. Reserve Bank of Australia (RBA) melihat, koreksi dolar Australia terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hanya akan berdampak kecil pada inflasi. Sehingga hal tersebut tidak akan terlalu berpengaruh pada ekonomi Australia.

Sebagai tanda pembuat kebijakan moneter tidak terganggu oleh melemahnya dolar Australia, Asisten Gubernur Reserve Bank of Australia (RBA) Christopher Kent mencatat, dolar Australia sudah melemah 14% terhadap the greenback sepanjang tahun ini, itu turun hanya 2% dalam istilah perdagangan tertimbang (TWI).

Ini penting, karena inflasi domestik lebih dipengaruhi oleh pergerakan di TWI daripada terhadap koreksi dengan dolar AS saja.

"Aturan praktis dari model kami menunjukkan bahwa tingkat Indeks Harga Konsumen (CPI) akan lebih tinggi hanya sekitar 0,2% secara total selama beberapa tahun," kata Kent pada sebuah konferensi pasar global.

RBA telah menaikkan suku bunga sebesar 250 basis poin untuk membantu menahan inflasi, yang berjalan pada level tertinggi dalam 21 tahun setelah capai level 6,1%.

Kent menegaskan, Dewan RBA yang diharapkan untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut di periode mendatang

Baca Juga: Perdana Menteri Australia dan PM Jepang Sepakat Perkuat Hubungan Keamanan

"Ukuran dan waktu kenaikan tarif di Australia akan tergantung pada data yang masuk, termasuk respons pengeluaran rumah tangga terhadap pengetatan kondisi keuangan," kata dia.

"Kenaikan suku bunga juga akan tergantung pada prospek inflasi dan pasar tenaga kerja," tambah Kent.

Kent bilang, apresiasi yang luas dari dolar AS tahun ini akan menambah biaya impor untuk banyak contrives, dan dengan demikian tekanan inflasi.

Namun itu juga akan melatih kembali permintaan internasional untuk barang dan jasa AS, dan dengan demikian aktivitas global dari waktu ke waktu.

Dolar AS yang tinggi juga membatasi permintaan untuk banyak komoditas dan memberikan tekanan ke bawah pada harga-harga tersebut.

Baca Juga: Australia Selidiki Dugaan Adanya Pilot Tempur yang Melatih Militer China

Penguatan dolar AS akan menjadi perhatian bagi pasar negara berkembang yang memiliki tingkat utang dolar AS yang tinggi, Kent menambahkan, meskipun peminjam Australia sebagian besar melakukan lindung nilai terhadap eksposur mata uang.

Bank Australia yang meminjam dalam dolar AS juga cenderung menukar ke dolar Australia, yang berarti mereka tidak terkena kenaikan tajam dalam suku bunga AS.



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×