Sumber: Bloomberg | Editor: Rizki Caturini
WASHINGTON. Ekonom menilai, pimpinan The Fed Ben S. Bernake kemungkinan akan mencoba untuk merangsang pertumbuhan ekonomi As dengan memangkas biaya kredit hingga mendekati rekor terendahnya.
Jumlah lapangan pekerjaan di AS pada Agustus 2011 merupakan yang terburuk hampir sepanjang tahun ini. Departemen Tenaga Kerja AS menyebutkan angka pengangguran di AS mencapai 9,1%. Saat ini ada sekitar 14 juta warga AS yang menganggur.
Para ekonom dari Wells Fargo&Co., T. Rowe Price Associates Inc., Barclay's Capital Inc. dan Goldman Sachs Group Inc. mengatakan, The Fed akan memutuskan rencana stimulus ini pada pertemuan tanggal 20-21 September 2011 mendatang, untuk menukar obligasi jangka pendek yang senilai US$ 1,65 triliun dengan obligasi jangka panjang yang rate-nya lebih rendah.
"Masalahnya adalah rate obligasi saat ini sudah terlalu rendah dalam tiga tahun terakhir. Tidak ada orang yang tertarik membeli," ujar John Silvia Kepala Ekonom Wells Fargo. Ia juga bilang, The Fed mungkin bisa menurunkan biaya kredit, namun stimulus ini tidak bisa menciptakan lapangan pekerjaan.
Yields obligasi AS dengan tenor dua tahun meningkat dua basis poin ke posisi 0,2% pada perdagangan di New York. Sementara, yields obligasi bertenor 10 tahun kemarin rontok 14 basis poin ke posisi 1,988%.
Presiden Barack Obama pun berencana untuk berdiskusi di kongres mengenai rencananya untuk mencetak lapangan pekerjaan pada 8 September 2011 mendatang. "Stimulus fiskal lebih cocok untuk menggairahkan perekonomian dan menciptakan lapangan pekerjaan daripada kebijakan moneter," ujar Kepala Ekonom di T. Rowe Price di Baltimore.
The Fed pada Juni lalu melengkapi pembelian obligasi senilai US$ 600 miliar dengan tujuan mengurangi biaya pinjaman jangka panjang. Dua putaran pembelian obligasi senilai US$ 2,3 triliun yang pernah dilakukan Fed nyatanya gagal memacu pertumbuhan ekonomi. Kebijakan Fed tersebut juga tidak bisa mengurangi pengangguran di bawah level 9%.
Pada bulan ini, kemungkinan The Fed akan mendebatkan masalah besaran pembelian aset pada ronde ketiga ini untuk menggairahkan perekonomian. Namun, para ekonom menilai para pembuat kebijakan ini sepertinya tidak akan mengumumkan jumlah angka baru dalam pertemuan nanti.