Reporter: Dyah Megasari, Bloomberg, Reuters, NY Times |
WASHINGTON. Mencermati krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat (AS) dan Eropa, pandangan pasar akan tertuju pada sidang FOMC nanti malam atau Rabu dini hari sekitar pukul 01:15 WIB. Dari jadwal pertemuan tersebut, telah muncul spekulasi di pasar bahwa The Federal Reserve segera mempertimbangkan pemberlakuan kebijakan quantitative easing (QE) jilid 3 guna mendongkrak kembali perekonomian AS.
Meskipun pasar memprediksi QE episode 3 tersebut akan terjadi, para ekonom yang disurvei oleh Bloomberg sangsi bahwa kebijakan yang sama akan kembali ditempuh oleh Bank Sentral Amerika tersebut.
42% dari 52 responden mengatakan pembelian obligasi putaran tiga itu sangat tidak mungkin terjadi dan 29% di antaranya melihat hal itu sebagai sesuatu yang tidak mungkin dilakukan oleh otoritas moneter AS. Dari survei ini, 7% analis berpendapat QE 3 kemungkinan besar akan dilakukan oleh Fed.
"Langkah QE 3 bisa menjadi bumerang. Investor akan panik karena sinyal perekonomian rupanya lebih buruk dari perkiraan The Fed," kata Lynn Reaser, chief economist, Point Loma Nazarene University di San Diego, California.
The Fed pada Juni lalu melengkapi pembelian obligasi senilai US$ 600 miliar dengan tujuan mengurangi biaya pinjaman jangka panjang. Dua putaran pembelian obligasi senilai US$ 2,3 triliun yang pernah dilakukan Fed nyatanya gagal memacu pertumbuhan ekonomi. Kebijakan Fed tersebut juga tidak bisa mengurangi pengangguran di bawah level 9%.
"Kami yakin, The Fed tengah menghadapi pilihan yang sangat sulit dalam mengambil keputusan," kata Scott Brown, chief economist Raymond James & Associates Inc. di St. Petersburg, Florida.
Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat Ben Bernanke sekali waktu pernah berjanji, The Fed takkan pernah mengulangi kesalahan pada tahun 1937. Ketika itu, bank sentral AS terlalu terburu-buru mengetatkan kebijakan moneternya sehingga ekonomi AS yang sedang jeblok makin terpuruk.