Sumber: Yonhap,Yonhap | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - SEOUL. Pasukan Amerika Serikat (AS) saat ini terkonsentrasi di Asia Timur Laut. Karena itu, negeri uak Sam ingin menyebar posisinya, merespons tantangan keamanan yang berkembang, termasuk dari China.
"Kami sangat terkonsentrasi di Asia Timur Laut," kata David Helvey, Asisten Menteri Pertahanan AS untuk urusan Indo-Pasifik, seperti dilansir Yonhap, mengutip situs Departemen Pertahanan AS pada Senin (1/9).
"Kami ingin membuat kehadiran kami lebih tersebar secara geografis, lebih tangguh secara operasional," ujar Helvey.
Baca Juga: Pembunuh tank milik AS terbang di Semenanjung Korea, ada apa?
"Mungkin, masa depan akan lebih sedikit tentang pangkalan dan lebih banyak tentang tempat, mampu beroperasi di berbagai lokasi, yang memberi kami fleksibilitas dan kelincahan untuk menanggapi berbagai ancaman dan tantangan yang berbeda," ungkap dia.
Komentarnya muncul ketika AS mendorong "fleksibilitas strategis" yang lebih besar untuk pasukannya yang ditempatkan di seluruh dunia. Ini di tengah spekulasi Washington bisa mempertimbangkan untuk menarik beberapa pasukannya keluar dari Korea Selatan.
Menteri Pertahanan AS Mark Esper sebelumnya mengatakan, dia ingin lebih banyak menempatkan pasukan di berbagai tempat. Sebab, itu memberi AS fleksibilitas strategis yang lebih besar dalam menanggapi tantangan di seluruh dunia.
Baca Juga: Bikin cemas, AS: China dekati kemampuan meluncurkan serangan triad nuklir
Hubungan dengan China
Hanya, Esper menekankan, ia belum mengeluarkan perintah untuk menarik pasukan dari Semenanjung Korea.
Kementerian Pertahanan Korea Selatan juga menyatakan, pengurangan Pasukan AS Korea (USFK) belum dibahas antara kedua belah pihak. Saat ini, sekitar 28.500 tentara AS ditempatkan di Korea Selatan.
Menurut Helvey, keberadaan pasukan yang fleksibel tersebut untuk memastikan AS tangguh dalam menghadapi berbagai ancaman, termasuk dari China.
Baca Juga: Kalahkan Amerika, Pentagon: China punya angkatan laut terbesar di dunia
"Salah satu kunci dalam strategi kami adalah berbicara tentang menempatkan hubungan dengan China pada lintasan transparansi dan non-agresi," kata Helvey. "Itu akan membutuhkan saluran komunikasi yang terbuka dan berkelanjutan dengan China".
"Ada area lain di mana kami mungkin memiliki peluang untuk bekerjasama berdasarkan minat bersama, tetapi itu adalah sesuatu yang harus kami kerjakan dengan China untuk mengidentifikasi," imbuhnya.