kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Reuni Keluarga Jadi Mimpi yang Terlalu Indah Bagi Keluarga Korea yang Terkoyak Perang


Rabu, 05 Oktober 2022 / 06:41 WIB
Reuni Keluarga Jadi Mimpi yang Terlalu Indah Bagi Keluarga Korea yang Terkoyak Perang
ILUSTRASI. Banyak keluarga di dua Korea yang terpaksa harus hidup terpisah dan tidak dapat bertemu selama bertahun-tahun. REUTERS/Kim Hong-Ji


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - SEOUL. Perang antar dua negara Korea memiliki dampak besar bagi warga kedua negara. Salah satunya, banyak keluarga yang terpaksa harus hidup terpisah dan tidak dapat bertemu selama bertahun-tahun. 

Hal ini yang terjadi pada Hwang Rae-ha berusia 80 tahun. Saat ini dia merasa putus asa untuk melihat ibunya lagi setelah perang Korea memisahkan mereka pada 1950-an.

"Saya ingin melihatnya untuk terakhir kalinya, tetapi dia bahkan tidak datang ke mimpi saya," kata Hwang, seorang warga Korea Selatan yang khawatir dia meninggal karena usia tua setelah perang membuatnya terdampar di Utara bersama dua saudara perempuannya kepada Reuters.

Untuk keluarga yang terpisah setelah perang Korea terhenti dalam gencatan senjata daripada perjanjian damai, satu-satunya kesempatan untuk bersatu kembali dengan orang yang dicintai dapat datang melalui undian dalam reuni langka yang disponsori pemerintah.

Atau bisa juga dengan menyewa calo untuk mengatur pertemuan rahasia di China. Akan tetapi, opsi itu terlalu mahal bagi kebanyakan orang.

Sekarang pembatasan perbatasan COVID-19 membuat prospek pertemuan keluarga itu semakin kecil kemungkinannya. Apalagi jika dikombinasikan dengan ikatan yang tegang antara dua negara tetangga. Hal itu dapat membuyarkan harapan ratusan ribu orang Korea di senja hidup mereka.

Baca Juga: Respons Peluncuran Rudal Korut, Jepang Tak Menutup Peluang Serangan Balik

"Itu semua hanya lelucon. Orang Korea Utara tidak suka berbicara," kata Hwang, ketika diberitahu tentang proposal yang dibuat pemerintah Korea Selatan ke Korea Utara pada bulan September untuk acara reuni. 

Hwang bilang, ibunya akan berusia lebih dari 100 tahun jika masih hidup. 

Reuni ini biasanya menjadi barometer tentang keadaan hubungan antara kedua belah pihak yang secara teknis masih berperang. Namun, bukannya menanggapi, Korea Utara bahkan belum mengakui menerima saran tersebut.

Hwang, yang rumahnya di perbatasan terkadang melihat dengan sedih kampung halaman lamanya di Utara. Dia menolak tawaran yang dibuat oleh pemerintah Presiden Yoon Suk-yeol sebagai tindakan kemanusiaan setengah hati yang mungkin tidak akan membuahkan hasil.

"Mengingat hubungan yang tegang, kemungkinan nol kesempatan untuk acara reuni baru," kata Jang Man-soon, kepala Majelis Korea nirlaba untuk Reuni Sepuluh juta Keluarga Terpisah.

"Pemerintah Yoon Suk-yeol mengatakan, 'Kami bisa melakukan apa saja jika Korea Utara, menyerahkan senjata nuklir.' Tapi 'jika' itu bukan hal yang akan diterima Korea Utara," tambah Jang.

Baca Juga: Korea Utara Uji Coba Rudal di Atas Wilayah Jepang, Penduduk Diperingkatkan Berlindung




TERBARU

[X]
×