Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
Ia memperkirakan kebutuhan tenda darurat mencapai 1,5 juta unit, sementara Israel hanya mengizinkan 120.000 tenda masuk selama gencatan senjata Januari-Maret. Menurut Kantor Kemanusiaan PBB, sekitar 1,35 juta orang sudah membutuhkan perlengkapan penampungan darurat di Gaza.
Mousa Obaid, seorang warga, mengatakan ia mengungsi ke selatan demi menjaga kesehatan mentalnya.
“Tidak ada kehidupan yang tersisa, harga-harga tinggi, dan kami telah menganggur lebih dari satu setengah tahun,” ujarnya. Protes serikat pekerja dijadwalkan berlangsung Kamis mendatang di Kota Gaza, dengan partisipasi yang diumumkan melalui media sosial.
Baca Juga: Trump Ingin Pindahkan 1 Juta Warga Palestina dari Gaza ke Libya
Perundingan gencatan senjata sebelumnya mengalami kebuntuan pada akhir Juli, dengan kedua belah pihak saling menyalahkan. Israel menuntut pembebasan semua sandera dan pelucutan senjata Hamas, sementara Hamas menolak tuntutan tersebut, termasuk penarikan pemimpin mereka dari Gaza.
Perbedaan pandangan juga muncul terkait sejauh mana Israel harus menarik diri dari Gaza dan mekanisme distribusi bantuan kemanusiaan, di tengah ancaman malnutrisi dan kelaparan.
Presiden AS Donald Trump menekankan bahwa keberhasilan pembebasan sandera hanya bisa tercapai dengan konfrontasi terhadap Hamas.
Militer Israel menyatakan siap menyalurkan tenda dan perlengkapan perlindungan sebelum memindahkan warga dari zona pertempuran ke selatan.
Ekonom Palestina Mohammad Abu Jayyab menuturkan tenda yang ada di selatan sudah usang dan tidak melindungi dari hujan, sementara akses bantuan masih terbatas. Beberapa keluarga mulai menyewa properti di selatan untuk mengamankan tempat tinggal.
Baca Juga: Donald Trump: Tidak Ada yang Mengusir Warga Palestina dari Gaza
Konflik dimulai ketika militan Hamas menyerbu perbatasan Israel pada Oktober 2023, menewaskan 1.200 orang dan menyandera 251 orang.
Hingga kini, lebih dari 61.000 warga Palestina tewas akibat perang udara dan darat Israel, menurut pejabat kesehatan Gaza. Selain itu, 263 orang, termasuk 112 anak-anak, meninggal akibat malnutrisi dan kelaparan, meski Israel membantah angka tersebut.