Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - KAIRO. Sedikitnya 35 warga Palestina dilaporkan tewas akibat tembakan dan serangan udara Israel di Jalur Gaza pada Rabu (11 Juni 2025), menurut keterangan pejabat kesehatan setempat.
Sebagian besar korban tewas saat berada di sebuah lokasi distribusi bantuan yang dikelola oleh Gaza Humanitarian Foundation (GHF), lembaga bantuan yang didukung Amerika Serikat, di wilayah tengah Gaza.
Penembakan di Dekat Lokasi Bantuan
Pejabat medis dari Rumah Sakit Shifa dan Al-Quds menyatakan bahwa sedikitnya 25 orang tewas akibat tembakan saat mereka mendekati lokasi distribusi bantuan di dekat bekas permukiman Israel, Netzarim. Puluhan lainnya mengalami luka-luka dalam insiden tersebut.
Baca Juga: Israel Tanggapi Klaim Greta Thunberg 'Diculik' Saat Menuju Gaza
Kementerian Kesehatan Gaza mengungkapkan bahwa sejak GHF memulai operasinya dua minggu lalu, setelah tiga bulan blokade total, total 163 warga Palestina telah tewas dan lebih dari 1.000 lainnya luka-luka ketika mencoba mengakses bantuan di beberapa lokasi distribusi yang dikelola yayasan tersebut.
Krisis Kemanusiaan di Tengah Blokade
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebelumnya telah memperingatkan bahwa blokade Israel membuat Gaza berada di ambang kelaparan. Meskipun beberapa jalur bantuan telah dibuka, pasokan pangan masih sangat minim dan tidak mencukupi untuk lebih dari dua juta warga yang terdampak.
Dalam pernyataan melalui email kepada Reuters, GHF menyatakan bahwa mereka belum mengetahui insiden terbaru ini, namun bekerja sama erat dengan otoritas Israel untuk menjamin keamanan jalur distribusi.
"Solusi jangka panjang adalah meningkatkan volume bantuan agar menciptakan kepastian dan mengurangi kepanikan warga," kata perwakilan yayasan tersebut.
"Fokus kami saat ini adalah menjangkau sebanyak mungkin warga secara aman di tengah kondisi yang sangat berbahaya," tambahnya.
Namun, PBB dan sejumlah organisasi kemanusiaan menolak bekerja sama dengan GHF karena yayasan ini menggunakan kontraktor swasta dengan pengawalan militer Israel, yang dianggap melanggar prinsip netralitas dan standar kemanusiaan internasional.
Baca Juga: Profil Greta Thunberg, Aktivis Muda yang Ikut Ditahan Israel saat Bawa Bantuan Gaza
Serangan Udara di Khan Younis dan Ketegangan Berlanjut
Selain insiden di Netzarim, 10 warga lainnya tewas akibat serangan udara Israel di Khan Younis, bagian selatan Jalur Gaza, menurut laporan pejabat kesehatan. Militer Israel belum memberikan komentar resmi terkait kedua insiden tersebut.
Sehari sebelumnya, 17 warga Palestina juga dilaporkan tewas di lokasi bantuan GHF di Rafah. Militer Israel saat itu menyatakan bahwa mereka hanya melepaskan tembakan peringatan terhadap individu yang dianggap mengancam pasukan.
Upaya Gencatan Senjata Masih Buntu
Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut telah terjadi "kemajuan signifikan" dalam upaya pembebasan sandera yang masih ditahan Hamas. Namun ia menegaskan bahwa "masih terlalu dini" untuk berharap pada tercapainya kesepakatan gencatan senjata.
Upaya mediasi oleh Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar belum menunjukkan hasil. Baik Israel maupun Hamas masih bersikukuh pada tuntutan utama mereka masing-masing. Dua sumber dari Hamas mengatakan kepada Reuters bahwa mereka belum menerima proposal baru terkait gencatan senjata.
Baca Juga: Israel Temukan Jenazah Pemimpin Militer Hamas di Terowongan Bawah Rumah Sakit Gaza
Konflik yang Terus Memburuk Sejak 7 Oktober
Perang di Gaza dimulai setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan menyebabkan 251 orang disandera – serangan paling mematikan dalam sejarah Israel.
Sebagai balasan, Israel melancarkan kampanye militer besar-besaran yang hingga kini telah menewaskan hampir 55.000 warga Palestina, sebagian besar adalah warga sipil, dan menghancurkan sebagian besar infrastruktur Gaza.