kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.890.000   -7.000   -0,37%
  • USD/IDR 16.280   10,00   0,06%
  • IDX 7.944   80,88   1,03%
  • KOMPAS100 1.121   13,02   1,18%
  • LQ45 827   11,72   1,44%
  • ISSI 268   1,95   0,73%
  • IDX30 428   6,26   1,48%
  • IDXHIDIV20 493   6,23   1,28%
  • IDX80 124   1,67   1,36%
  • IDXV30 131   1,54   1,20%
  • IDXQ30 138   1,86   1,36%

Ribuan Warga Palestina Mengungsi dari Gaza di Tengah Ancaman Serangan Darat Israel


Senin, 18 Agustus 2025 / 22:52 WIB
Ribuan Warga Palestina Mengungsi dari Gaza di Tengah Ancaman Serangan Darat Israel
ILUSTRASI. Seorang warga Palestina menatap lokasi serangan Israel hari Kamis yang merusak dan menghancurkan bangunan-bangunan tempat tinggal, di kamp pengungsi Shati (Pantai), di Gaza City, 4 Juli 2025.


Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - KAIRO. Ribuan warga Palestina meninggalkan rumah mereka di wilayah timur Kota Gaza karena khawatir akan serangan darat yang direncanakan oleh Israel. Wilayah ini terus-menerus dibombardir, mendorong penduduk bergerak ke kawasan barat dan selatan yang relatif lebih aman.

Rencana Israel untuk menguasai Kota Gaza memicu kekhawatiran baik di dalam negeri maupun di luar negeri. 

Puluhan ribu warga Israel pada Minggu lalu menggelar protes besar-besaran, menuntut diakhirinya konflik dan pembebasan 50 sandera yang ditawan oleh militan Palestina sejak 7 Oktober 2023.

Ancaman serangan darat juga mendorong mediator Mesir dan Qatar meningkatkan upaya mencapai kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas. 

Baca Juga: Ribuan Warga Palestina Tinggalkan Gaza City, Khawatir Serangan Darat Israel

Seorang pejabat Hamas menyatakan pada Senin bahwa kelompok tersebut telah menyetujui proposal gencatan senjata terbaru, meski rincian kesepakatan belum jelas.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut Kota Gaza sebagai benteng perkotaan terakhir Hamas.

Meski Israel telah menguasai sekitar 75% wilayah Gaza, militer memperingatkan bahwa perluasan serangan dapat membahayakan sandera yang masih hidup dan menyeret pasukan ke dalam perang gerilya berkepanjangan.

Dani Miran, ayah dari seorang sandera, menyatakan kekhawatirannya terkait serangan darat. “Saya khawatir putra saya akan terluka,” katanya di Tel Aviv.

Di Kota Gaza, warga juga menuntut agar perang segera diakhiri dan Hamas mempercepat perundingan guna mencegah serangan darat. 

Baca Juga: 'Lebih Baik Mati di Sini' Warga Palestina Tolak Pengusiran Massal dari Gaza City

Serangan lapis baja Israel diperkirakan dapat memaksa ratusan ribu orang mengungsi, banyak di antaranya sudah mengalami pengungsian berulang kali selama perang.

Ahmed Mheisen, manajer penampungan di Beit Lahiya, mengatakan 995 keluarga telah meninggalkan wilayah timur Kota Gaza dalam beberapa hari terakhir dan pindah ke selatan. 

Ia memperkirakan kebutuhan tenda darurat mencapai 1,5 juta unit, sementara Israel hanya mengizinkan 120.000 tenda masuk selama gencatan senjata Januari-Maret. Menurut Kantor Kemanusiaan PBB, sekitar 1,35 juta orang sudah membutuhkan perlengkapan penampungan darurat di Gaza.

Mousa Obaid, seorang warga, mengatakan ia mengungsi ke selatan demi menjaga kesehatan mentalnya. 

“Tidak ada kehidupan yang tersisa, harga-harga tinggi, dan kami telah menganggur lebih dari satu setengah tahun,” ujarnya. Protes serikat pekerja dijadwalkan berlangsung Kamis mendatang di Kota Gaza, dengan partisipasi yang diumumkan melalui media sosial.

Baca Juga: Trump Ingin Pindahkan 1 Juta Warga Palestina dari Gaza ke Libya

Perundingan gencatan senjata sebelumnya mengalami kebuntuan pada akhir Juli, dengan kedua belah pihak saling menyalahkan. Israel menuntut pembebasan semua sandera dan pelucutan senjata Hamas, sementara Hamas menolak tuntutan tersebut, termasuk penarikan pemimpin mereka dari Gaza.

Perbedaan pandangan juga muncul terkait sejauh mana Israel harus menarik diri dari Gaza dan mekanisme distribusi bantuan kemanusiaan, di tengah ancaman malnutrisi dan kelaparan. 

Presiden AS Donald Trump menekankan bahwa keberhasilan pembebasan sandera hanya bisa tercapai dengan konfrontasi terhadap Hamas.

Militer Israel menyatakan siap menyalurkan tenda dan perlengkapan perlindungan sebelum memindahkan warga dari zona pertempuran ke selatan. 

Ekonom Palestina Mohammad Abu Jayyab menuturkan tenda yang ada di selatan sudah usang dan tidak melindungi dari hujan, sementara akses bantuan masih terbatas. Beberapa keluarga mulai menyewa properti di selatan untuk mengamankan tempat tinggal.

Baca Juga: Donald Trump: Tidak Ada yang Mengusir Warga Palestina dari Gaza

Konflik dimulai ketika militan Hamas menyerbu perbatasan Israel pada Oktober 2023, menewaskan 1.200 orang dan menyandera 251 orang. 

Hingga kini, lebih dari 61.000 warga Palestina tewas akibat perang udara dan darat Israel, menurut pejabat kesehatan Gaza. Selain itu, 263 orang, termasuk 112 anak-anak, meninggal akibat malnutrisi dan kelaparan, meski Israel membantah angka tersebut.




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Powered Scenario Analysis Procurement Strategies for Competitive Advantage (PSCA)

[X]
×