Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
PELEMAHAN RUBEL - Pada Senin (14/8/2023) malam, rubel yang sempat terjatuh dalam berhasil berbalik arah. Rubel menguat kembali ke level 100 terhadap dolar AS setelah ada spekulasi bahwa bank sentral Rusia akan menaikkan suku bunga yang besar dan kuat saat mengumumkan pertemuan kebijakan luar biasa untuk hari Selasa.
Mengutip Reuters, penasihat ekonomi Presiden Vladimir Putin sebelumnya menegur bank sentral karena rubel merosot melewati 101. Dia menyalahkan kebijakan longgar bank sentral sebagai tanda meningkatnya perselisihan di antara pihak berwenang.
Rubel telah kehilangan sekitar seperempat nilainya terhadap dolar sejak Putin mengirim pasukan ke Ukraina pada Februari 2022, karena sanksi Barat berdampak pada neraca perdagangan Rusia dan pengeluaran militer yang melonjak.
Di Bursa Moskow, rubel anjlok ke level terendah 101,75 pada hari Senin, yang merupakan posisi terlemah dalam hampir 17 bulan dan keok 30% sepanjang tahun ini.
Namun, pada pukul 1534 GMT, rubel berhasil memangkas semua kerugian intraday dan menguat 1,8% ke posisi 97,62.
Penasihat ekonomi Putin Maxim Oreshkin sebelumnya mengatakan bank sentral dapat memastikan bahwa laju pinjaman turun ke tingkat yang berkelanjutan dengan suku bunga yang lebih tinggi.
Baca Juga: Rusia Akan Lengkapi Kapal Selam Nuklir Terbarunya dengan Rudal Hipersonik
Pinjaman konsumen yang tinggi, bersama dengan kekurangan tenaga kerja yang parah dan defisit anggaran yang besar, semuanya mengipasi inflasi Rusia tahun ini.
"Sumber utama pelemahan rubel dan percepatan inflasi adalah kebijakan moneter yang lunak," tulis Oreshkin dalam op-ed untuk kantor berita TASS. "Bank sentral memiliki semua alat untuk menormalkan situasi dalam waktu dekat."
Keputusan suku bunga Bank of Russia berikutnya dijadwalkan pada 15 September. Ditanya sebelumnya apakah mungkin membuat kenaikan darurat dari posisi 8,5% saat ini, bank sentral menolak berkomentar.
Menurut analis Promsvyazbank Denis Popov, kenaikan suku bunga utama lainnya akan terjadi, sebagai lanjutan dari kenaikan 100 basis poin bank sentral pada 21 Juli.
"Rubel harus menjadi lebih mahal untuk membatasi permintaan, termasuk impor," kata Popov.
Bank juga dapat berusaha untuk membatasi surplus likuiditas rubel dan bahkan memperketat aturan arus modal lintas batas, katanya.
Baca Juga: Lawan China-Rusia-Korut, AS & Jepang Sepakat Bikin Pencegat Rudal Hipersonik
Bank sentral menyalahkan pelemahan rubel akibat surplus neraca berjalan Rusia yang menyusut - turun 85% berbasis tahunan (yoy) pada periode Januari-Juli.
Pada hari Senin, bank sentral mengatakan tidak melihat risiko stabilitas keuangan dari melemahnya rubel tetapi kenaikan suku bunga mungkin segera terjadi.
Suku bunga yang lebih tinggi akan mempersulit hidup peminjam, termasuk perusahaan dan pemerintah karena membiayai operasi militer di Ukraina.