kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.093.000   -2.000   -0,10%
  • USD/IDR 16.430   24,00   0,15%
  • IDX 7.937   83,06   1,06%
  • KOMPAS100 1.111   9,35   0,85%
  • LQ45 809   4,06   0,50%
  • ISSI 272   3,87   1,45%
  • IDX30 420   2,48   0,59%
  • IDXHIDIV20 486   1,71   0,35%
  • IDX80 123   0,86   0,71%
  • IDXV30 133   -0,09   -0,07%
  • IDXQ30 136   1,05   0,78%

Rudal Typhon AS Hadir di Jepang, Persaingan Senjata Asia Memanas


Senin, 15 September 2025 / 18:25 WIB
Rudal Typhon AS Hadir di Jepang, Persaingan Senjata Asia Memanas
Pangkalan Udara Korps Marinir AS Iwakuni mendemonstrasikan Typhon, sebuah sistem rudal yang diluncurkan dari darat, sebagai bagian dari Latihan Resolute Dragon, latihan militer tahunan yang diselenggarakan oleh Marinir AS dan Pasukan Bela Diri Jepang, dalam kesempatan media di pangkalan udara di Iwakuni, Jepang bagian barat, 15 September 2025. REUTERS/Tim Kelly


Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  IWAKUNI. Amerika Serikat (AS) untuk pertama kalinya memamerkan sistem rudal jarak menengah Typhon di Jepang, Senin (15/9/2025). 

Langkah ini menegaskan semakin eratnya kerja sama militer Washington dan Tokyo, sekaligus memperlihatkan kesiapan keduanya mengoperasikan persenjataan yang selama ini dikecam Beijing sebagai pemicu instabilitas.

Peluncur darat tersebut mampu menembakkan rudal jelajah Tomahawk dengan jangkauan yang bisa mencapai pesisir timur China maupun sebagian wilayah Rusia. 

Baca Juga: Sistem Rudal Typhon AS di Filipina Membuat Tiongkok Sakit Kepala

Typhon akan digunakan dalam latihan gabungan tahunan Resolute Dragon yang berlangsung dua pekan, melibatkan 20.000 personel Jepang dan AS serta kapal perang dan baterai rudal.

“Dengan beragam sistem dan jenis amunisi, Typhon bisa menciptakan dilema bagi lawan,” kata Kolonel Wade Germann, komandan satuan yang mengoperasikan Typhon, di Pangkalan Korps Marinir Iwakuni. 

Ia menambahkan, kecepatan mobilisasi sistem ini memungkinkan penempatan ke garis depan secara cepat jika diperlukan. Germann memastikan Typhon akan meninggalkan Jepang setelah latihan selesai, namun menolak menyebut tujuan berikutnya.

Kehadiran Typhon di Jepang menyusul penempatannya di Filipina pada April 2024, yang sempat memicu protes keras dari Beijing dan Moskow. Keduanya menuduh Washington memicu perlombaan senjata. 

Baca Juga: Tiongkok Berlakukan Bea Aantidumping untuk Plastik dari AS, UE, Jepang, Taiwan

Sebelumnya, AS juga menggelar latihan tembak langsung di Australia, tetapi penempatan di Jepang yang lebih dekat ke China dinilai berpotensi memancing reaksi lebih kuat.

Menurut analis militer, keputusan ini mencerminkan perubahan sikap Washington dan Tokyo. 

“Beberapa tahun lalu, birokrat di kedua negara mungkin akan menolak langkah ini karena khawatir pada reaksi Tiongkok. Kini hal itu tidak lagi jadi penghalang,” kata Grant Newsham, peneliti di Japan Forum for Strategic Studies sekaligus purnawirawan Korps Marinir AS.

AS menyebut Iwakuni bagian dari First Island Chain, rangkaian wilayah dan pangkalan dari Jepang hingga Filipina yang berfungsi membatasi ruang gerak laut dan udara China. 

Selain Tomahawk, Typhon juga bisa meluncurkan rudal SM-6 untuk menyerang kapal atau pesawat hingga jarak lebih dari 200 kilometer. Washington ingin memperbanyak senjata anti-kapal semacam itu di Asia guna mengimbangi kekuatan rudal Tiongkok.

Baca Juga: Kirim Surat ke Kongres, Trump Yakin Iran Memiliki Program Senjata Nuklir

Berbeda dari proyek rudal generasi baru, Typhon menggunakan teknologi senjata yang sudah ada sehingga lebih mudah diproduksi massal. 

Hal ini, menurut perencana militer, akan mempercepat upaya AS dan sekutunya mengejar ketertinggalan dari China, yang tahun ini menaikkan anggaran pertahanan sebesar 7,2%.

Jepang juga meningkatkan belanja militernya, termasuk membeli rudal Tomahawk untuk kapal perang dan mengembangkan rudal jarak menengah sendiri. Ini menjadi bagian dari ekspansi militer terbesar negeri itu sejak Perang Dunia II.

Di sisi lain, Taiwan berencana menambah anggaran pertahanan hingga 20% pada 2026, setara lebih dari 3% PDB. “China selalu mengeluh ketika calon sasarannya mulai bersiap melindungi diri,” ujar Newsham.

Selanjutnya: Kebijakan Fiskal Agresif Menkeu Purbaya, Risiko Jangka Pendek Tetap Mengintai

Menarik Dibaca: Turunkan Berat Badan Tanpa Diet Ekstrem, Ini Tips Sehatnya




TERBARU
Kontan Academy
Business Contract Drafting GenAI Use Cases and Technology Investment | Real-World Applications in Healthcare, FMCG, Retail, and Finance

[X]
×