Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Ekspor Jepang pada Mei turun untuk pertama kalinya dalam delapan bulan terakhir karena pabrikan mobil besar, seperti Toyota, terkena dampak tarif tinggi dari Amerika Serikat (AS). Jepang juga masih belum mencapai kesepakatan perdagangan dengan AS pada pertemuan minggu ini.
Perdana Menteri Shigeru Ishiba saat KTT Kelompok Tujuh (G7) di Kanada pada Selasa (17/6) mengatakan, masih ada beberapa perbedaan pendapat. "Jepang dan AS telah mencoba mencari kemungkinan kesepakatan sampai menit terakhir," ujar dia, dikutip Reuters.
Kini Jepang berusaha agar pabrikan mobil bisa dibebaskan dari tarif 25% khusus industri otomotif yang diberlakukan AS. Jepang juga menghadapi tarif timbal balik 24% mulai 9 Juli, kecuali berhasil membuat kesepakatan.
Baca Juga: Daya Beli dan Ekspor Rendah Membuat Ekonomi Jepang Terkontraksi
Sektor otomotif Jepang menyumbang 28% dari total ekspor ke AS tahun lalu, total nilainya ¥ 21 triliun. Data pemerintah, dikutip Reuters, menunjukkan ekspor Jepang pada Mei turun 1,7% secara tahunan jadi ¥ 8,1 triliun. Penurunan ini lebih kecil dari perkiraan pasar turun, yakni 3,8%. Di April, ekspor masih naik 2%.
Menanggung tarif
Ekspor ke AS jadi penyebab utama penurunan ekspor Jepang. Ekspor ke negeri Paman Sam tersebut turun tajam 11,1% pada Mei, penurunan bulanan terbesar sejak Februari 2021.
Penurunan ini didorong ekspor mobil yang turun 24,7% dan komponen mobil turun 19%. Nilai yen yang menguat juga ikut menurunkan nilai ekspor. Ekspor ke China juga turun 8,8%.
Namun dari jumlah unit, ekspor mobil ke AS hanya turun 3,9%. Ini menunjukkan eksportir mobil tidak mengurangi volume ekspor. Ekonom Daiwa Institute of Research Koki Akimoto menyebut, ini menunjukkan pabrikan mobil menanggung biaya tarif dan tidak menaikkan harga ke konsumen.Tercatat, hanya Mitsubishi dan Subaru yang menaikkan harga.
Data perdagangan Jepang ini mengindikasikan bagaimana tarif AS memengaruhi negara lain dan ekonomi global. Data produksi pabrik China minggu ini juga hanya tumbuh 5,8% di Mei. Ini laju pertumbuhan terendah dalam enam bulan. Ekspor China ke AS turun tajam 34,5%, penurunan terbesar sejak Februari 2020.
Data Jepang juga menunjukkan impor turun 7,7% pada Mei, lebih besar dari perkiraan pasar yang memprediksi penurunan 6,7%. Jepang mencetak defisit perdagangan ¥ 637,6 miliar bulan lalu, lebih kecil dari perkiraan, ¥ 892,9 miliar.
Baca Juga: Ekspor Jepang Naik 4 Bulan Berturut-turut di Tengah Ancaman Tarif AS
Masalah ini juga membuat Bank of Japan (BOJ) semakin sulit menaikkan suku bunga. Selasa (17/6) BOJ menahan bunga dan memperlambat pengurangan neraca tahun depan. Ini menandakan kehati-hatian pengurangan stimulus, yang telah berlangsung satu dekade.
Menurut perkiraan Japan Research Institute, jika semua tarif diberlakukan, ekspor Jepang ke AS turun 20%–30%. Beberapa ekonom memperkirakan tarif ini bisa mengurangi pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Jepang sekitar 1 poin persentase.