Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - MOSCOW. Tantangan ekonomi global akan semakin meningkat tahun depan. Tekanan tidak hanya disebabkan oleh kenaikan suku bunga The Fed tetapi dari faktor geopolitik. Aksi balas membalas sanksi antara negara barat dan Rusia semakin memanas sebagai buntut dari invasi Putin ke Ukraina.
Per 5 Desember 2022, negara-negara kelompok G7 dan Australia sepakat membatasi harga minyak mentah Rusia sebesar US$ 60 per barel. Keputusan itu dilakukan negara G7 diumumkan setelah sebelumnya 27 negara Uni Eropa menyetujui pembatasan harga.
Rusia menentang aksi tersebut. Setelah lama ditunggu-tunggu, Presiden Vladimir Putin akhirnya memberikan respon balasan yang sudah lama ditunggu-tunggu. Ia telah meneken dekrit yang melarang pengiriman minyak mentah dan produk minyak ke negara-negara yang tunduk pada keputusan pembatasan harga itu.
Berdasarkan laporan Reuters dikutip Rabu (28/12), larangan itu akan berlaku mulai 1 Februari 2023 selama lima bulan hingga 1 Juli. Batas tersebut mendekati harga minyak Rusia saat ini, tetapi jauh di bawah harga rejeki nomplok yang dapat dijual Rusia pada 2022 dan dapat membantu mengimbangi dampak sanksi keuangan terhadap Moskow.
Baca Juga: Yang Ditunggu-tunggu, Vladimir Putin Umumkan Aksi Balasan Terkait Batasan Harga
Rusia merupakan pengekspor minyak terbesar kedua di dunia setelah Arab Saudi. Sehingga, gangguan besar terhadap penjualannya akan berdampak jauh pada pasokan energi global.
Keputusan Putin itu diterbitkan di portal pemerintah dan situs web Kremlin. "Pengiriman minyak dan produk minyak Rusia ke entitas dan individu asing dilarang, dengan syarat bahwa dalam kontrak untuk pasokan ini, penggunaan mekanisme penetapan harga maksimum secara langsung atau tidak langsung dipertimbangkan," tulis dekrit tersebut.
Larangan itu berlaku untuk semua tahap pasokan hingga pembeli akhir. Namun, Putin bisa membatalkan larangan tersebut dalam kasus-kasus khusus.
Keputusan Putin ini akan mendorong harga minyak mentah dunia kian memanas. Akibatnya, tingkat inflasi yang sedang berusaha diredam bank-bank sentral dunia lewat kenaikan suku bunga tetap akan meningkat.
Salah satu produk andalan ekspor Rusia adalah minyak bumi. International Energy Agency mencatat, Rusia adalah eksportir minyak mentah kedua terbesar di dunia, hanya kalah dari Arab Saudi. Namun untuk minyak secara keseluruhan (dengan produk-produk turunannya), ekspor Rusia adalah nomor satu dunia.
Pada 2021, ekspor minyak Rusia tercatat 7,8 juta barel per hari. Terbanyak adalah minyak mentah dan kondensat 5 juta barel per hari, atau 64% dari total ekspor.
Baca Juga: Harga Minyak Naik ke Level Tertinggi Dalam Tiga Pekan Terakhir
Kemudian ekspor produk minyak Rusia tahun lalu adalah 2,85 juta barel per hari. Terdiri dari 1,1 juta barel per hari gasoil, 650.000 barel per hari bahan bakar minyak, dan 500.000 barel per hari naphta, 280.000 barel per hari vacuum gas oil(VCO). Plusliquefied petroleum gas(LPG), avtur, danpetroleum cokedengan total 350.000 barel per hari.
Minyak Ural Rusia diperdagangkan di atas harga US$ 56 per barel pada hari Selasa, di bawah level batas harga. Minyak mentah Brent bergerak sedikit lebih tinggi karena berita tersebut dan naik 1,4% menjadi US$ 85,1 per barel pada 17.43 GMT.