kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Rusia Beri Pengakuan, Ini Kisah di Balik Wilayah Separatis Ukraina


Selasa, 22 Februari 2022 / 14:33 WIB
Rusia Beri Pengakuan, Ini Kisah di Balik Wilayah Separatis Ukraina
ILUSTRASI. Seorang militan Republik Rakyat Luhansk yang memproklamirkan diri tercermin dalam cermin di posisi pertempuran di garis pemisahan dari Angkatan Bersenjata Ukraina di Wilayah Luhansk, Ukraina, 21 April 2021. REUTERS/Alexander Ermochenko.


Sumber: Channel News Asia,Reuters | Editor: S.S. Kurniawan

Moskow belum menerima mosi tersebut, hanya menggunakan wilayah tersebut sebagai alat untuk menjaga Ukraina tetap di orbitnya dan mencegahnya bergabung dengan NATO.

Ukraina dan Barat menuduh Rusia mendukung pemberontak dengan pasukan dan senjata. Moskow membantahnya, dengan mengatakan bahwa setiap orang Rusia yang bertempur di sana adalah sukarelawan.

Di tengah pertempuran sengit yang melibatkan tank, artileri berat, dan pesawat tempur, pesawat Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan 17 ditembak jatuh di Ukraina Timur pada 17 Juli 2014, menewaskan 298 orang di dalamnya. 

Penyelidikan internasional menyimpulkan, pesawat penumpang itu jatuh oleh rudal yang dipasok Rusia dari wilayah yang dikuasai pemberontak di Ukraina. Moskow masih membantah terlibat.

Perjanjian perdamaian untuk Ukraina Timur

Setelah kekalahan besar-besaran pasukan Ukraina pada Agustus 2014, utusan dari Kyiv, pemberontak, dan Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE) menandatangani gencatan senjata di ibu kota Belarusia, Minsk, pada September 2014.

Baca Juga: Dramatis! Vladimir Putin Deklarasikan Luhansk dan Donetsk Bukan Lagi Wilayah Ukraina

Dokumen tersebut menggambarkan gencatan senjata dalam pengawasan OSCE, penarikan mundur semua pejuang asing, pertukaran tahanan dan sandera, amnesti bagi pemberontak, dan janji bahwa wilayah separatis bisa memiliki tingkat pemerintahan sendiri.

Kesepakatan itu dengan cepat runtuh dan pertempuran skala besar dilanjutkan, yang menyebabkan kekalahan besar lainnya bagi pasukan Ukraina di Debaltseve pada Januari-Februari 2015.

Prancis dan Jerman menengahi perjanjian damai lainnya, yang ditandatangani di Minsk pada Februari 2015 oleh perwakilan Ukraina, Rusia, dan pemberontak. 

Perjanjian itu memuat gencatan senjata baru, penarikan senjata berat, dan serangkaian langkah menuju penyelesaian politik. Sebuah deklarasi yang mendukung kesepakatan itu ditandatangani oleh para pemimpin Rusia, Ukraina, Prancis, dan Jerman.

Hanya, pelaksanaan kesepakatan itu lembali terhenti.

Sampai akhirnya, Putin mengakui kemerdekaan wilayah pemberontak yang didukung Rusia di Ukraina Timur.



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×