kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.095.000   21.000   1,01%
  • USD/IDR 16.499   0,00   0,00%
  • IDX 7.699   70,40   0,92%
  • KOMPAS100 1.077   10,50   0,99%
  • LQ45 782   12,20   1,58%
  • ISSI 264   0,53   0,20%
  • IDX30 406   6,07   1,52%
  • IDXHIDIV20 472   4,64   0,99%
  • IDX80 119   1,25   1,07%
  • IDXV30 129   -1,04   -0,80%
  • IDXQ30 132   1,79   1,38%

Rusia Ingatkan Barat, Skema Pembayaran Gas Pakai Rubel akan Diperluas ke Produk Lain


Senin, 04 April 2022 / 09:42 WIB
Rusia Ingatkan Barat, Skema Pembayaran Gas Pakai Rubel akan Diperluas ke Produk Lain
ILUSTRASI. Presiden Rusia Vladimir Putin. Rusia Ingatkan Barat, Skema Pembayaran Gas Pakai Rubel akan Diperluas ke Produk Lain


Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - LONDON. Rusia serius menerapkan skema pembayaran gas menggunakan rubel. Bahkan skema tersebut adalah prototipe yang akan diperluas Rusia ke produk ekspor lainnya pasca Barat menerapkan sanksi ke Rusia.

Sanksi yang diterapkan Barat membuat ekonomi Rusia menghadapi krisis paling parah sejak runtuhnya Uni Soviet pada 1991. 

Merespons sanski itu, Rusia atas perintah Preside Vladimir Putin pada 23 Maret 2022 menerapkan pembayaran pakai mata uang rubel untuk ekspor gas mereka ke Uni Eropa.Namun skema tersebut memungkinkan pembeli membayar dalam mata uang kontrak yang kemudian ditukarkan menjadi rubel oleh Gazprombank.

"Ini adalah prototipe sistem," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada televisi pemerintah Channel One Rusia tentang rubel untuk sistem pembayaran gas seperti dilansir Reuters.

Baca Juga: Seperti Tahun 1937, Vladimir Putin Buka Hotline untuk Melaporkan Pengkhianat

"Saya tidak ragu bahwa itu akan diperluas ke kelompok barang baru," kata Peskov. Dia tidak memberikan kerangka waktu untuk langkah seperti itu.

Peskov mengatakan bahwa keputusan Barat untuk membekukan US$ 300 miliar dari cadangan bank sentral adalah "perampokan" yang akan mempercepat perpindahan dari ketergantungan pada dolar AS dan euro sebagai mata uang cadangan global.

Kremlin, katanya, menginginkan sistem baru untuk menggantikan kontur arsitektur keuangan Bretton Woods yang didirikan oleh kekuatan Barat pada tahun 1944.

"Jelas bahwa - bahkan jika ini merupakan prospek yang jauh - bahwa kita akan datang ke beberapa sistem baru - berbeda dari sistem Bretton Woods," kata Peskov. Sanksi Barat terhadap Rusia, katanya, telah "mempercepat erosi kepercayaan terhadap dolar dan euro."

Putin mengatakan "operasi militer khusus" di Ukraina diperlukan karena Amerika Serikat menggunakan Ukraina untuk mengancam Rusia dan Moskow harus bertahan melawan penganiayaan terhadap orang-orang berbahasa Rusia oleh Ukraina.

Baca Juga: Selain Gas, Rusia Pertimbangkan Memperluas Pembayaran Rubel ke Ekspor Utama Lainnya

Ukraina telah menolak klaim penganiayaan Putin dan mengatakan sedang memerangi perang agresi yang tidak beralasan.

Pejabat Rusia telah berulang kali mengatakan upaya Barat untuk mengisolasi salah satu produsen sumber daya alam terbesar di dunia adalah tindakan irasional yang akan menyebabkan melonjaknya harga bagi konsumen dan membuat Eropa dan Amerika Serikat mengalami resesi.

Rusia telah lama berusaha untuk mengurangi ketergantungan pada mata uang AS, meskipun ekspor utamanya - minyak, gas dan logam - dihargai dalam dolar di pasar global. Secara global, dolar sejauh ini merupakan mata uang yang paling banyak diperdagangkan, diikuti oleh euro, yen, dan pound Inggris.




TERBARU

[X]
×