Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Pada bulan Oktober 2023, Rusia hampir sepenuhnya dapat menghindari pembatasan harga ekspor minyaknya. Dengan kata lain, upaya negara-negara Kelompok Tujuh (G7) untuk membatasi pendapatan perang Moskow terbukti sulit untuk diterapkan.
Data yang dihimpun Business Insider menunjukkan, pada bulan Oktober, minyak yang keluar dari pelabuhan-pelabuhan utama Rusia dijual dengan harga rata-rata US$ 79,40 per barel.
Bahkan, menurut laporan Bloomberg dan penelitian KSE Institute, 99% ekspor minyak Moskow dijual di atas batas harga.
Mengingatkan saja, negara-negara G7 memperkenalkan batasan harga pada bulan Desember lalu untuk minyak Rusia.
Langkah ini dilakukan dalam upaya untuk membatasi kemampuan Rusia mendanai perangnya di Ukraina dan menjaga agar minyak mentah tetap mengalir di pasar global.
Sanksi tersebut dimaksudkan untuk melarang negara-negara G7 menyediakan asuransi dan layanan pengiriman minyak apa pun yang dijual di atas ambang batas yang ditetapkan yakni sebesar US$ 60 per barel.
Namun, Rusia telah mampu menghindari sebagian besar sanksi Barat dengan beralih ke armada kapal tanker bayangan untuk membantu meningkatkan pendapatan minyak negaranya dalam beberapa bulan terakhir.
Baca Juga: 3 Kapal Tanker Ini Kena Sanksi AS Gara-Gara Kirim Minyak Rusia ke India
Pada bulan Oktober, KSE Institute mengatakan sekitar 30% dari seluruh minyak mentah yang diangkut melalui laut dikirimkan dengan cakupan dari negara-negara G7 dan Uni Eropa, atau terkait dengan layanan lain dari Barat.
“Hal ini menunjukkan pelanggaran luas terhadap rezim pembatasan harga dalam bentuk ‘penipuan pengesahan’,” kata para peneliti, seperti dilansir Bloomberg.
Ditambahkan pula, "Ini berarti pedagang dan broker minyak kemungkinan besar memberikan informasi harga yang dipalsukan kepada penyedia layanan G7/UE."
Menurut KSE Institute, Batasan harga dapat diterapkan dengan lebih baik dan pada akhirnya menjadi lebih efektif jika pembuat kebijakan meningkatkan hukuman bagi perusahaan atau negara yang melanggar batasan harga.
Kelompok ini merupakan bagian dari Sekolah Ekonomi Kyiv, yang sebelumnya menganjurkan penerapan sanksi yang lebih ketat terhadap Rusia.
Baca Juga: Harga Minyak Anjlok, Dipicu kenaikan Stok Minyak AS
Sebelum Vladimir Putin melancarkan “operasi militer khusus” di Ukraina pada Februari lalu, Rusia merupakan negara dengan perekonomian terbesar ke-11 di dunia. Negara ini menyumbang hampir 40% impor gas alam UE dan sekitar 25% minyak mentahnya.
Saat ini, sebagian besar data ekonomi Rusia tidak mungkin diverifikasi. Dan para ahli merasa skeptis apakah perekonomian negara tersebut pada masa perang dapat bertahan seperti yang diklaim oleh Putin dan pejabat lainnya.
Minyak mentah Brent, patokan minyak internasional, anjlok lebih dari 5% pada hari Kamis dan diperdagangkan pada posisi US$ 77 per barel.