kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Rusia Kirim Sinyal Kuat: Kami Tidak Menginginkan Perang dengan Ukraina


Jumat, 28 Januari 2022 / 19:12 WIB
Rusia Kirim Sinyal Kuat: Kami Tidak Menginginkan Perang dengan Ukraina
ILUSTRASI. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyapa Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov di Jenewa, Swiss, 21 Januari 2022. Rusia tidak menginginkan perang dengan Ukraina. Alex Brandon/Pool via REUTERS.


Sumber: Al Jazeera,Reuters | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Rusia pada Jumat (28/1) mengirimkan sinyal terkuatnya sejauh ini, pihaknya bersedia untuk terlibat dengan proposal keamanan AS dan menegaskan kembali bahwa mereka tidak menginginkan perang dengan Ukraina.

"Jika itu tergantung pada Rusia, maka tidak akan ada perang. Kami tidak menginginkan perang. Tetapi, kami juga tidak akan membiarkan kepentingan kami diinjak-injak secara kasar, diabaikan," tegas Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov kepada stasiun radio Russian, seperti dikutip Reuters.

Rusia menumpuk puluhan ribu tentara di dekat perbatasan Ukraina karena mendesak tuntutan untuk menggambar ulang pengaturan keamanan pasca-Perang Dingin di Eropa.

Amerika Serikat dan sekutunya telah memperingatkan Presiden Vladimir Putin bahwa Rusia akan menghadapi sanksi ekonomi yang cepat dan keras jika dia menyerang Ukraina.

Lavrov mengatakan, Barat mengabaikan kepentingan Rusia tetapi setidaknya ada "sesuatu" dalam proposal tertulis yang Amerika Serikat dan NATO ajukan pada Rabu (26/1) kepada Moskow.

Baca Juga: Biden Beri Peringatan ke Presiden Ukraina: Rusia Bisa Invasi Ukraina pada Februari

Dalam proposalnya, AS dan NATO bersedia untuk terlibat dengan Rusia dalam pengendalian senjata dan langkah-langkah membangun kepercayaan. 

Hanya, AS dan NATO mengesampingkan untuk menyetujui tuntutan lain Rusia, termasuk Ukraina tidak boleh bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara.

Lavrov berharap, bisa bertemu lagi dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dalam beberapa minggu ke depan.

Dia menyebutkan tanpa memberikan perincian, proposal AS lebih baik dibanding milik NATO. Rusia sedang mempelajarinya dan Putin akan memutuskan bagaimana menanggapinya.

Komentar Lavrov itu termasuk yang paling mendamaikan yang Moskow buat mengenai krisis Ukraina, yang telah meningkat menjadi salah satu kebuntuan Timur-Barat yang paling tegang sejak Perang Dingin berakhir tiga dekade lalu.

Baca Juga: AS: Putin akan Gunakan Kekuatan Militer Rusia atas Ukraina pada Pertengahan Februari



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×