kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rusia Kirim Sinyal Kuat: Kami Tidak Menginginkan Perang dengan Ukraina


Jumat, 28 Januari 2022 / 19:12 WIB
Rusia Kirim Sinyal Kuat: Kami Tidak Menginginkan Perang dengan Ukraina


Sumber: Al Jazeera,Reuters | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Rusia pada Jumat (28/1) mengirimkan sinyal terkuatnya sejauh ini, pihaknya bersedia untuk terlibat dengan proposal keamanan AS dan menegaskan kembali bahwa mereka tidak menginginkan perang dengan Ukraina.

"Jika itu tergantung pada Rusia, maka tidak akan ada perang. Kami tidak menginginkan perang. Tetapi, kami juga tidak akan membiarkan kepentingan kami diinjak-injak secara kasar, diabaikan," tegas Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov kepada stasiun radio Russian, seperti dikutip Reuters.

Rusia menumpuk puluhan ribu tentara di dekat perbatasan Ukraina karena mendesak tuntutan untuk menggambar ulang pengaturan keamanan pasca-Perang Dingin di Eropa.

Amerika Serikat dan sekutunya telah memperingatkan Presiden Vladimir Putin bahwa Rusia akan menghadapi sanksi ekonomi yang cepat dan keras jika dia menyerang Ukraina.

Lavrov mengatakan, Barat mengabaikan kepentingan Rusia tetapi setidaknya ada "sesuatu" dalam proposal tertulis yang Amerika Serikat dan NATO ajukan pada Rabu (26/1) kepada Moskow.

Baca Juga: Biden Beri Peringatan ke Presiden Ukraina: Rusia Bisa Invasi Ukraina pada Februari

Dalam proposalnya, AS dan NATO bersedia untuk terlibat dengan Rusia dalam pengendalian senjata dan langkah-langkah membangun kepercayaan. 

Hanya, AS dan NATO mengesampingkan untuk menyetujui tuntutan lain Rusia, termasuk Ukraina tidak boleh bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara.

Lavrov berharap, bisa bertemu lagi dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dalam beberapa minggu ke depan.

Dia menyebutkan tanpa memberikan perincian, proposal AS lebih baik dibanding milik NATO. Rusia sedang mempelajarinya dan Putin akan memutuskan bagaimana menanggapinya.

Komentar Lavrov itu termasuk yang paling mendamaikan yang Moskow buat mengenai krisis Ukraina, yang telah meningkat menjadi salah satu kebuntuan Timur-Barat yang paling tegang sejak Perang Dingin berakhir tiga dekade lalu.

Baca Juga: AS: Putin akan Gunakan Kekuatan Militer Rusia atas Ukraina pada Pertengahan Februari

Pemimpin Belarusia Alexander Lukashenko, sekutu dekat Rusia mengatakan pada Jumat (28/1), negaranya sama sekali tidak tertarik pada perang dan konflik akan pecah hanya jika Belarusia atau Rusia diserang secara langsung.

Sebelumnya, Gedung Putih mengatakan, Presiden AS Joe Biden telah memperingatkan Presiden Ukraina soal ada “kemungkinan yang berbeda” bahwa Rusia bisa mengambil tindakan militer terhadap Ukraina pada Februari.

Menurut Gedung Putih, peringatan itu Biden sampaikan kepada Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy melalui sambungan telepon.

"Presiden Biden mengatakan, ada kemungkinan yang berbeda bahwa Rusia bisa menginvasi Ukraina pada Februari," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih Emily Horne, Kamis (27/1), seperti dilansir Al Jazeera.

"Dia (Biden) telah mengatakan ini secara terbuka, dan kami telah memperingatkan tentang ini selama berbulan-bulan," ungkapnya.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×