kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.830   0,00   0,00%
  • IDX 6.438   38,22   0,60%
  • KOMPAS100 926   8,20   0,89%
  • LQ45 723   5,45   0,76%
  • ISSI 205   2,17   1,07%
  • IDX30 376   1,61   0,43%
  • IDXHIDIV20 454   0,42   0,09%
  • IDX80 105   1,01   0,98%
  • IDXV30 111   0,45   0,40%
  • IDXQ30 123   0,28   0,22%

Rusia: Latihan 10.000 Tentara di Dekat Ukraina Telah Usai


Senin, 27 Desember 2021 / 07:13 WIB
Rusia: Latihan 10.000 Tentara di Dekat Ukraina Telah Usai
ILUSTRASI. Rusia mengumumkan pada Sabtu (25/12/2021) bahwa lebih dari 10.000 tentara telah menyelesaikan latihan selama sebulan di dekat Ukraina. REUTERS/Evgenia Novozhenina


Sumber: AFP | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Rusia mengumumkan pada Sabtu (25/12/2021) bahwa lebih dari 10.000 tentara telah menyelesaikan latihan selama sebulan di dekat Ukraina. Pengumuman dilakukan di tengah tuduhan Barat bahwa Moskow merencanakan invasi ke bekas tetangga Sovietnya.

Melansir AFP, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan latihan untuk pasukan Distrik Militer Selatan telah berlangsung di sejumlah wilayah selatan termasuk Rostov, Krasnodar dan Krimea, yang direbut Moskow dari Ukraina pada 2014.

Tetapi latihan juga berlangsung lebih jauh, termasuk di Stavropol, Astrakhan, republik Kaukasus Utara dan bahkan di sekutu Kaukasus Rusia, Armenia.

Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pasukannya sudah kembali ke pangkalan permanen mereka dan unit siaga akan disiapkan untuk liburan Tahun Baru.

Baca Juga: Putin: Rusia dan China Bersama-sama Kembangkan Senjata Berteknologi Tinggi

Seperti yang diberitakan sebelumnya, negara-negara Barat menuduh Rusia mengumpulkan lebih dari 100.000 tentara di dekat Ukraina menjelang kemungkinan invasi musim dingin.

Menurut perkiraan Kiev, jumlah tentara Rusia di sepanjang perbatasan Ukraina telah meningkat dari sekitar 93.000 tentara pada Oktober menjadi 104.000 sekarang.

Rusia mengatakan pihaknya bebas untuk memindahkan pasukan di wilayahnya sesuai keinginannya dan menyangkal bahwa mereka merencanakan serangan skala besar.

Kondisi ini telah memberi Barat tuntutan keamanan besar-besaran, dengan mengatakan bahwa aliansi Organisasi Perjanjian Atlantik Utara tidak boleh menerima anggota baru dan berusaha untuk melarang Amerika Serikat mendirikan pangkalan baru di bekas republik Soviet.

Baca Juga: Putin: Negara Barat adalah Penyebab Tingginya Tensi di Eropa Pasca Perang Dingin

Ketegangan sempat mencapai titik tertinggi pada Rabu lalu ketika Presiden Vladimir Putin mengatakan Rusia akan mengambil langkah militer "pembalasan yang tepat" sebagai tanggapan atas apa yang disebutnya "sikap agresif" Barat.

Namun Putin mulai menurunkan volume pada hari berikutnya, dengan mengatakan dia telah melihat reaksi positif dari AS terhadap proposal keamanan Rusia dan mengatakan pembicaraan akan berlangsung bulan depan.

Seorang pejabat senior AS mengatakan Washington siap untuk terlibat dalam diplomasi paling cepat awal Januari, baik secara bilateral maupun melalui berbagai saluran.

Pada hari Sabtu, seorang pejabat pemerintah Jerman mengatakan Moskow dan Berlin telah menyetujui pertemuan pada awal Januari.

Baca Juga: Putin: Rusia Terdepan dalam Teknologi Rudal Hipersonik

Pemimpin Jerman Olaf Scholz dan Putin dalam panggilan telepon Kamis lalu menyetujui pertemuan antara penasihat diplomatik Kanselir, Jens Ploetner, dan perwakilan yang ditunjuk Kremlin pada hubungan dengan Ukraina, Dmitry Kozak.

Dalam sebuah wawancara pada hari Jumat, seorang pejabat senior keamanan Ukraina mengatakan kepada AFP bahwa tidak ada risiko invasi Rusia dalam waktu dekat.

Kiev telah memerangi separatis pro-Rusia tak lama setelah Moskow mencaplok Krimea pada 2014 dalam konflik yang telah merenggut lebih dari 13.000 nyawa.

Barat telah lama menuduh Kremlin memberikan dukungan militer langsung kepada separatis pro-Rusia di Ukraina timur. Rusia membantah klaim tersebut.



TERBARU

[X]
×