Sumber: South China Morning Post | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - HONG KONG. Pengiriman sistem rudal buatan Rusia oleh India dapat menimbulkan ancaman bagi China. Tensi kedua negara di tengah sengketa perbatasan pun bisa meningkat.
Media Rusia melaporkan pada akhir pekan lalu bahwa Moskow telah sepakat untuk memajukan tanggal pengiriman sistem pertahanan udara S-400 hingga Januari 2021 alias hampir satu tahun lebih cepat dari jadwal.
Baca Juga: PMI China menguat, bursa Asia melesat
New Delhi dikabarkan meminta kesepakatan senilai US$ 5,43 miliar ini dipercepat di tengah meningkatnya ketegangan militer dengan Beijing. Di bawah kontrak yang ditandatangani dengan Rusia pada Oktober 2018, rudal pertama dalam sistem akan dikirim pada akhir 2021.
Amerika Serikat telah memperingatkan India terhadap kesepakatan itu dan ada keraguan di India tentang efektivitas S-400 sebagai pencegah serangan.
Tetapi pertempuran mematikan dengan pasukan China di daerah perbatasan Himalaya yang disengketakan pada 15 Juni di mana sedikitnya 20 tentara India tewas telah menambah urgensi pembelian senjata.
Baca Juga: Amerika kerahkan kapal induk dan pesawat mata-mata di Laut China Selatan
Pekan lalu dalam perjalanan ke Moskow, Menteri Pertahanan India Rajnath Singh mendesak Rusia untuk mempercepat pengiriman alat perang.
Bukan hanya pengiriman S-400 tetapi juga pesanan India untuk 21 jet tempur MG-29 dan 12 Su-30 MKI.
Pengamat militer Song Zhongping yang berbasis di Hong Kong mengatakan S-400 memiliki jangkauan 400 km (250 mil) dan bisa menjadi ancaman di garis depan Himalaya.
Pertahanan udara utama Tentara Pembebasan Rakyat di perbatasannya dengan India adalah rudal HQ-9 dan HQ-16 yang dikembangkan China yang memiliki jangkauan yang jauh lebih pendek.
Baca Juga: China melaporkan 19 kasus Covid-19 baru, termasuk 7 kasus di Beijing
"Jika S-400 dikerahkan di dekat Garis Kontrol Aktual di Ladakh, itu bisa menimbulkan ancaman bagi pesawat China yang jauh di dalam wilayah udara mereka sendiri," kata Song.
Tetapi PLA juga disebutnya menyadari kelemahan sistem miliknya. China adalah pembeli internasional pertama sistem pertahanan udara Rusia, dengan mengajukan pesanan senilai US$ 3 miliar pada tahun 2014.
Pengiriman pertama selesai pada Mei 2018 dan kedua pada Januari tahun ini, dengan personel angkatan udara Tiongkok memiliki pelatihan tentang S-400 di Rusia. "Dari operasi sistemnya sendiri, PLA mengetahui kelemahan S-400 dan cara-cara mengantisipasinya," kata Song.
Baca Juga: Warning! Virus flu baru dengan potensi pandemi kembali ditemukan di China