Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
"(Kejadian) ini mengingatkan saya pada 2005," kata Yves Lefebvre, Kepala SGP Unite, serikat polisi terbesar di Prancis, seperti dikutip Reuters. "Yang saya takutkan adalah itu akan meledak di banlieues. Mungkin sangat sulit diatasi”.
Lefebvre mengatakan, Kepolisian sedang menambah personel karena sekitar 10% petugas sakit, menjalani isolasi diri, atau harus menjaga anak-anak selama penguncian.
"Jika besok kami dihadapkan dengan kekerasan perkotaan yang meluas, kami akan kesulitan mempertahankan penguncian kecuali jam malam diberlakukan, dan tentara dipanggil untuk membantu menegakkannya," ujar Lefebvre.
Seorang juru bicara Kepolisian Prancis menolak mengomentari kemungkinan pemberlakuan jam malam jika situasinya memburuk.
Baca Juga: Kasus bertambah, China khawatir kemunculan kembali infeksi lokal
Aliansi, serikat polisi lainnya, melaporkan kerusuhan pecah secara sporadis kota-kota lainnya seperti Yvelines, sebelah Barat Paris. Mobil polisi dirusak dan kembang api ditembakkan ke arah petugas.
Mengutip Reuters, Julien Le Cam, Kepala Serikat Aliansi di Yvelines, menyebutkan, para petugas dari unit investigasi dipekerjakan kembali ke patroli jalanan untuk menambah kekuatan.
“Biasanya satu kota bertugas dan mereka terbagi dalam shift. Tadi malam mereka semua bertugas,” kata Le Cam. "Ada kelompok-kelompok kekerasan di semua zona, sulit kami mencari kontak dengan polisi".