CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.527.000   14.000   0,93%
  • USD/IDR 15.675   65,00   0,41%
  • IDX 7.287   43,33   0,60%
  • KOMPAS100 1.121   3,73   0,33%
  • LQ45 884   -2,86   -0,32%
  • ISSI 222   1,85   0,84%
  • IDX30 455   -2,30   -0,50%
  • IDXHIDIV20 549   -4,66   -0,84%
  • IDX80 128   0,06   0,05%
  • IDXV30 138   -1,30   -0,94%
  • IDXQ30 152   -0,90   -0,59%

Saat lockdown untuk kekang corona, kerusuhan pecah di Prancis


Selasa, 21 April 2020 / 23:45 WIB
Saat lockdown untuk kekang corona, kerusuhan pecah di Prancis


Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - PARIS. Kerumunan anak muda menargetkan polisi antihuru-hara dengan kembang api dan membakar ban di malam ketiga kerusuhan di pinggiran Paris. Kehadiran polisi untuk menegakkan lockdown memperburuk ketegangan.

Banlieue Prancis, kawasan dengan penduduk berpenghasilan rendah mengelilingi kota-kota di negeri mode, sering menjadi titik nyala kemarahan atas ketidaksetaraan sosial dan ekonomi serta tuduhan kepolisian bertindak kasar.

Di Villeneuve-La-Garenne, tempat masalah pertama kali berkobar pada Sabtu (18/4) pekan lalu setelah pengendara sepeda motor menabrak pintu mobil polisi yang terbuka, anak-anak muda mengarahkan tembakan kembang api ke arah polisi.

Penguncian yang Pemerintah Prancis berlakukan untuk mengekang penyebaran virus corona memungkinkan orang untuk meninggalkan rumah hanya untuk membeli bahan makanan, pergi bekerja, mendapatkan perawatan medis, atau berolahraga.

Baca Juga: Bendung virus corona, Singapura perpanjang pemutus sirkuit hingga 1 Juni

Dalam insiden Sabtu pekan lalu, beberapa warga setempat mengatakan, petugas sengaja membuka pintu mobil polisi ke jalur pengendara sepeda motor. Menurut Kepolisian Paris, investigasi sedang mereka lakukan atas kejadian itu.

Kerusuhan juga pecah pada Senin hingga Selasa malam di distrik-distrik tetangga, Gennevilliers, Clichy-La-Garenne, dan Asnieres.

“Polisi bergerak melalui jalan-jalan, dengan pelontar gas air mata dan tameng. Banyak kembang api,” kicau Clement Lanot, jurnalis lepas, di akun Twitter-nya, Senin tengah malam ketika kerusuhan meletus, seperti dilansir Reuters.

Kenangan 2005

Pada 2005, kematian dua pemuda yang melarikan diri dari kejaran polisi di pinggiran Utara Paris memicu kerusuhan nasional yang berlangsung selama tiga minggu.

Baca Juga: Kasus corona di Rusia sentuh 52.000, Putin: Puncak wabah belum datang

"(Kejadian) ini mengingatkan saya pada 2005," kata Yves Lefebvre, Kepala SGP Unite, serikat polisi terbesar di Prancis, seperti dikutip Reuters. "Yang saya takutkan adalah itu akan meledak di banlieues. Mungkin sangat sulit diatasi”.

Lefebvre mengatakan, Kepolisian sedang menambah personel karena sekitar 10% petugas sakit, menjalani isolasi diri, atau harus menjaga anak-anak selama penguncian.

"Jika besok kami dihadapkan dengan kekerasan perkotaan yang meluas, kami akan kesulitan mempertahankan penguncian kecuali jam malam diberlakukan, dan tentara dipanggil untuk membantu menegakkannya," ujar Lefebvre.

Seorang juru bicara Kepolisian Prancis menolak mengomentari kemungkinan pemberlakuan jam malam jika situasinya memburuk.

Baca Juga: Kasus bertambah, China khawatir kemunculan kembali infeksi lokal

Aliansi, serikat polisi lainnya, melaporkan kerusuhan pecah secara sporadis kota-kota lainnya seperti Yvelines, sebelah Barat Paris. Mobil polisi dirusak dan kembang api ditembakkan ke arah petugas.

Mengutip Reuters, Julien Le Cam, Kepala Serikat Aliansi di Yvelines, menyebutkan, para petugas dari unit investigasi dipekerjakan kembali ke patroli jalanan untuk menambah kekuatan.

“Biasanya satu kota bertugas dan mereka terbagi dalam shift. Tadi malam mereka semua bertugas,” kata Le Cam. "Ada kelompok-kelompok kekerasan di semua zona, sulit kami mencari kontak dengan polisi".


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×