kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Saat Pemilu AS digelar, Trump kerahkan pesawat bomber B-1B ke dekat Korut, ada apa?


Kamis, 05 November 2020 / 08:35 WIB
Saat Pemilu AS digelar, Trump kerahkan pesawat bomber B-1B ke dekat Korut, ada apa?
ILUSTRASI. Militer AS mengirim jet tempur B-1B ke Laut Timur dekat Korut menjelang 3 November - yang bertepatan dengan hari pemilihan umum di AS. KCNA via REUTERS


Sumber: Express.co.uk | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON.  Di saat mata dunia tertuju pada pelaksanaan Pemilihan presiden AS, rupanya militer AS telah melakukan unjuk kekuatan dengan mengerahkan jet tempur pengebom untuk meredam potensi provokasi.

Melansir Express.co.uk, militer AS mengirim jet tempur B-1B ke Laut Timur menjelang 3 November - yang bertepatan dengan hari pemilihan umum di Amerika Serikat.

Asal tahu saja, jet tempur B-1B adalah pembom konvensional supersonik jarak jauh, yang telah melayani Angkatan Udara Amerika Serikat sejak 1985.

Operasi tersebut bertujuan untuk memblokir kemungkinan Korea Utara memanfaatkan gangguan yang disebabkan oleh pemilihan AS.

Baca Juga: Sadis, Korea Utara dilaporkan tangani pasien Covid-19 secara kejam

Pembom B-1B terlihat mendarat di pangkalan Misawa di Jepang, yang berada di seberang pangkalan Sinpo Korea Utara.

Jet itu ditemani oleh Boeing EA-18G Growler, sebuah pesawat perang listrik.

Langkah militer AS tersebut ditafsirkan sebagai unjuk kekuatan untuk meredam provokasi dari Korea Utara.

Baca Juga: Intelijen Korea Selatan: Kondisi Kim Jong Un sehat, hanya ....

Express.co.uk memberitakan, hal itu terjadi setelah Korea Utara meluncurkan kemampuan rudal baru selama parade militernya pada 10 Oktober.

Rudal baru itu mengejutkan, karena jauh lebih besar dari yang diperkirakan sebelumnya, dan termasuk rudal balistik yang diluncurkan kapal selam berbahan bakar padat (SLBM).

Korea Utara biasanya melakukan sejumlah aksi provokasi berupa penghinaan menjelang pemilihan umum AS.

Sebelumnya, Korea Utara telah menghina kepala negara AS dan menyarankan pemilih AS untuk mendukung kandidat tertentu.

Menjelang pemilu 2016, media pemerintah Korea Utara memuji Donald Trump dengan menggambarkannya sebagai "politisi yang bijaksana" dan "kandidat yang berpandangan jauh ke depan".

Sebaliknya, editorial di DPRK Today menyebut calon dari Partai Demokrat Hillary Clinton sebagai sosok yang "membosankan".

Baca Juga: Korea Utara disebut sedang bangun dua kapal selam yang dilengkapi rudal balistik

Analisis yang dilakukan oleh lembaga pemikir nonpartisan Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS) menemukan bahwa Korea Utara melakukan tindakan provokatif rata-rata dalam 4,5 minggu sebelum atau setelah pemilihan dalam rentang 64 tahun.

Studi tersebut mengamati penghinaan yang dibuat oleh negara yang kini dipimpin Kim Jung-Un selama 32 pemilu sejak 1956.

Baca Juga: Korea Utara: Tambah rudal, perilaku sembrono Korea Selatan yang dorong risiko perang

Victor Cha, mantan pejabat tinggi Dewan Keamanan Nasional, mengomentari temuan tersebut, dan menilai Korea Utara melakukan provokasi untuk memperkuat posisi mereka sendiri.

"Ini adalah taktik khas Korea Utara untuk mencoba bernegosiasi dari posisi yang kuat," katanya seperti yang dikutip dari Express.co.uk.

Analis itu juga mengatakan, dia menilai Korea Utara akan lebih memilih kemenangan Trump dalam pemilihan presiden saat ini.

"Saya yakin mereka menyukai Trump. Trump bertemu dengan pemimpin mereka tiga kali dan mengatakan hal-hal baik tentang pemimpin mereka. Dan mereka mungkin melihat Biden sebagai kelanjutan dari Presiden Barack Obama - dan mereka tidak menyukai pemerintahan itu," jelas Cha.

Baca Juga: Korea Selatan tambah rudal, Korea Utara: Perilaku sembrono yang dorong risiko perang

Cha juga memprediksi, provokasi dari Korea Utara akan semakin meningkat jika Joe Biden memenangkan pemilihan.

"Ada kemungkinan bahwa Korea Utara akan melakukan provokasi untuk mencoba memaksa pemerintah AS agar segera melakukan perundingan dengan mereka segera," tambahnya.

Selanjutnya: Korea Utara salahkan Korea Selatan karena gagal lakukan kontrol terhadap warganya



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×