Sumber: Bloomberg | Editor: Sandy Baskoro
SINGAPURA. Sepanjang tahun 2013, kinerja saham properti Singapura melempem. Harga saham pengembang properti Negeri Singa ini merosot, setelah harga rumah bergerak melambat.
Saham CapitaLand Ltd dan City Developments Ltd, dua pengembang properti terbesar di negara itu, masuk ke kelompok saham berkinerja paling buruk di Bursa Singapura selama 2013. Setahun sebelumnya, CapitaLand dan City menduduki posisi 10 besar saham yang berkinerja paling bagus.
Sepanjang tahun ini, harga saham City Developments merosot 25% dan menempati posisi kedua saham berkinerja terburuk dalam indeks Straits Times. Pada 2012, harga saham City melonjak 45%.
Sedangkan harga saham CapitaLand tahun ini menyusut 18%, atau di posisi ketiga efek yang berkinerja paling jeblok. Di tahun sebelumnya, harga saham CapitaLand melonjak 67%.
Tahun 2013 merupakan tahun buram bagi emiten properti Singapura. Lihat saja, empat dari 10 saham berkinerja buruk adalah saham pengembang properti. Indeks properti, yang berisi 50 pengembang di Singapura, menurun 10% tahun ini, setelah menanjak 48% di tahun 2012.
Kinerja saham properti Singapura memburuk dipicu kebijakan pemerintah setempat yang memperketat industri properti. Aturan itu antara lain, penerapkn pajak tambahan atas pembelian properti dan membatasi kredit properti sebesar 60% dari pendapatan debitur. Pemerintah Singapura memang tengah mendinginkan pasar properti yang memanas.
Pemerintahan Perdana Menteri, Lee Hsien Loong, mulai meredam harga perumahan empat tahun lalu. Pemerintah semakin memperketat kebijakan pada tahun ini karena harga melonjak ke rekor tertinggi, didorong suku bunga rendah, permintaan perumahan rakyat, serta aksi beli oleh investor dan konsumen di luar negeri.
Pada tahun depan, prospek saham properti Singapura masih kelabu, lantaran pemerintah setempat masih memperketat kebijakan industri properti. Broker properti, Chesterton Singapore Pte, memperkirakan volume penjualan rumah di Singapura menurun 10% pada 2014, sedangkan harga rumah diprediksi menurun untuk pertama kalinya dalam dua tahun terakhir.
Lantaran prospek pasar properti buram, dua bulan lalu, Citigroup Inc dan UBS AG menetapkan underweight untuk pengembang residensial Singapura. "Pengembang properti Singapura keluar dari tren populer untuk beberapa waktu," Tim Gibson, Head of Asian property Equities Henderson Global Investors Ltd, kemarin (30/12). Apakah muramnya bisnis properti ini akan menular ke Indonesia?