Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - SEOUL. Samsung SDI Co Ltd mengonfirmasi sedang melakukan pembicaraan dengan Tesla Inc terkait pasokan baterai penyimpanan energi (energy storage batteries), yang menurut laporan media Korea bisa bernilai lebih dari 3 triliun won atau sekitar US$2,11 miliar.
Kabar tersebut langsung mendorong saham Samsung SDI melonjak lebih dari 8% pada awal perdagangan Selasa (4/11/2025).
Jika terealisasi, kerja sama ini akan menjadi langkah terbaru Tesla untuk mengurangi ketergantungan terhadap komponen asal China, di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik dan kebijakan tarif Amerika Serikat terhadap Negeri Tirai Bambu.
Baca Juga: OPEC+ Tunda Kenaikan Produksi, Harga Minyak Bertahan di Sekitar US$65 per Barel
Dalam beberapa bulan terakhir, Tesla telah meneken kontrak dengan sejumlah perusahaan Korea Selatan, termasuk Samsung Electronics dan LG Energy Solution, untuk pasokan chip dan baterai.
Baterai penyimpanan energi memiliki komposisi kimia serupa dengan baterai kendaraan listrik (EV), namun digunakan untuk mendukung pasokan listrik di fasilitas besar seperti pusat data (data center).
Seiring penurunan permintaan baterai kendaraan listrik akibat penghapusan subsidi AS, sejumlah produsen baterai Korea mulai mengalihkan lini produksi EV menjadi sistem penyimpanan energi (ESS).
Samsung SDI sebelumnya menyebut dalam paparan kinerja Oktober bahwa permintaan baterai otomotif dari mitra joint venture-nya, Stellantis, mengalami penurunan tajam.
Baca Juga: Harga Emas Bertahan di Bawah US$4.000 Selasa (11/4) Pagi, Tertahan Penguatan Dolar
Oleh karena itu, perusahaan akan mengubah sebagian lini produksinya di Indiana, AS, untuk memproduksi baterai penyimpanan energi.
Menurut sumber Reuters, Tesla dan Samsung SDI tengah membahas volume pasokan tahunan sekitar 10 GWh, sedangkan laporan Korea Economic Daily menyebut kesepakatan tiga tahun itu bernilai lebih dari 3 triliun won.
Pihak Tesla belum memberikan komentar resmi, sementara juru bicara Samsung SDI menegaskan bahwa kesepakatan tersebut masih dalam tahap pembahasan dan belum final.
Tesla sebelumnya menyatakan dalam konferensi kinerja Oktober bahwa bisnis penyimpanan energinya menghadapi tekanan akibat meningkatnya kompetisi dan tarif impor.
“Saat ini seluruh penjualan kami masih bersumber dari China, sementara kami terus mencari alternatif lain,” ungkap Tesla kala itu.
Baca Juga: Samsung Dihukum Bayar Ganti Rugi US$191,4 Juta atas Pelanggaran Paten OLED di AS
Hingga pertengahan sesi perdagangan di Seoul, saham Samsung SDI masih bertahan dengan kenaikan sekitar 4,7%, setelah sempat melonjak hingga 8,4% di awal sesi.


 
 
 
 
 
 










