Sumber: South China Morning Post | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - MANILA. Gunung berapi Taal di Filipina meletus pada hari Minggu (12/1) sore. Letusannya menyebabkan sejumlah gempa bumi, air mancur lava dan awan besar yang dipenuhi bintik-bintik.
Melansir South China Morning Post, lebih dari 23.000 orang telah dievakuasi - jumlah itu akhirnya bisa mencapai 200.000. Pemerintah telah menyiapkan dana darurat sebesar US$ 50 juta.
Awan abu berterbangan sekitar 65 km utara ke Manila, ibukota Filipina. Masker terjual dengan cepat setelah penduduk disarankan untuk memakainya jika mereka harus keluar rumah.
Baca Juga: Skenario terburuk, letusan Gunung Taal di Filipina bisa berlangsung berbulan-bulan
Beberapa orang memakai sapu tangan di wajah mereka saat mereka menghirup udara yang tercemar bau belerang. Jalan-jalan di kota yang biasanya mengalami polusi lalu lintas terburuk di dunia sebagian besar terlihat kosong. Bandara ditutup, sehingga menyebabkan pembatalan lebih dari 500 penerbangan.
Seberapa kuat letusannya?
Menurut South China Morning Post, ledakan yang terjadi pada hari Minggu, digambarkan sebagai "letusan magmatik", dapat berkembang menjadi ledakan yang lebih keras dan destruktif. Institut Vulkanologi dan Seismologi Filipina (Phivolcs) telah mengumumkan Peringatan Tingkat 4, yang mengindikasikan “ledakan berbahaya dalam beberapa jam atau hari”. Kondisi ini mendesak agar segera dilakukan evakuasi di wilayah dalam jarak 14 km dari gunung berapi.
Baca Juga: Seluruh penerbangan yang melalui Gunungapi Taal dibatalkan
Dalam sebuah konferensi pers, kepala divisi pemantauan dan prediksi gunung berapi Phivolcs, Antonia Bornas mengatakan, "Kita tidak bisa mengatakan seberapa kuat letusannya, mungkin sama kuat atau lebih kuat dari preseden sejarah."
Puing-puing yang dihasilkan oleh letusan gunung berapi juga dapat menghasilkan tsunami di danau.
"Bahaya seperti ini telah terjadi selama peristiwa letusan besar ... Tidak setinggi itu dibandingkan dengan tsunami gempa bumi biasa di laut lepas tetapi ini dapat merusak dan berdampak pada orang-orang jika mereka berada di pantai," kata direktur Phivolcs, Dr. Renato Solidum, memperkirakan gelombang dapat tingginya antara satu dan tiga meter seperti yang dikutip South China Morning Post.