Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Sejumlah bank terbesar di dunia tengah menginvestasikan sekitar US$ 50 juta untuk menciptakan sistem kas digital dengan menggunakan teknologi blockchain untuk menyelesaikan transaksi keuangan.
Mengutip Reuters, seorang sumber yang mengetahui rencana tersebut mengatakan, proyek ini pertama kali diusulkan oleh bank Swiss UBS Group AG dan start up teknologi yang berbasis di London, Clearmatics pada tahun 2015. Ini bertujuan untuk mengembangkan sistem kliring dan settlement di pasar keuangan agar lebih efisien.
Seorang sumber mengatakan, sekitar selusin bank berinvestasi dalam entitas baru bernama Fnality yang akan menjalankan proyek ini.
Namun, kesepakatan belum rampung sehingga detail bisa berubah. Masih menurut sumber tersebut, sistem baru ini akan diluncurkan pada tahun 2020.
Tak jelas bank mana yang berpartisipasi dalam investasi ini.
Namun sebelumnya, beberapa bank yang mengungkapkan tengah mengerjakan proyek tahap awal adalah UBS, Banco Santander, Bank New York Mellon Corp, State Street Corp, Credit Suisse Group AG, Barclays PLC, HSBC Holdings Plc dan Deutsche Bank AG.
"Kami adalah anggota proyek USD dan dapat mengonfirmasi bahwa tahap penelitian dan pengembangan akan segera berakhir," jelas juru bicara Barclays dalam pernyataan tertulis. Namun ia tak mengomentari kesepakatan itu.
Sementara itu, perwakilan bank lain tak berkomentar.
Bank dan lembaga keuangan lainnya telah menginvestasikan jutaan dolar untuk menguji sistem blockchain baru yang bertujuan untuk mengurangi biaya dan kompleksitas proses. Ini termasuk setttlement sekuritas dan pembayaran internasional.
Sejauh ini beberapa proyek telah dikerahkan dalam skala besar.
Kabarnya, proyek koin yang akan terdiri dari instrumen kas digital yang akan digunakan bank untuk menyelesaikan transaksi ini merupakan salah satu proyek yang paling ambisius.
Koin tersebut akan menjadi setara kas digital dari mata uang yang didukung bank sentral seperti dollar atau euro yang akan bekerja dengan teknologi berbasis blockchain.
Ini akan dikonversi pada paritas dan didukung oleh aset tunai yang disimpan di bank sentral. Menghabiskan koin digital akan sama dengan menghabiskan mata uang yang disepakati untuk dipasangkan dengannya.
Sebelumnya sekelompok bank mengatakan telah berdiskusi dengan bank sentral dan regulator untuk memastikan struktur proyek.
Inisiatif lain di Wall street tengah mencoba untuk menguji koin digital yang mewakili mata uang yang akan berjalan pada teknologi berbasis blockchain. Pada Februari lalu, JPMorgan Chase&Co mengumumkan telah menciptakan JPM Coin, sebuah token yang memungkinkan transfer pembayaran instan antar rekening institusi.