Reporter: Vina Destya | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Rebound yang baru saja terjadi pada beberapa saham China berisiko menjadi langkah palsu karena para investor asing tampaknya tidak yakin bahwa para pembuat kebijakan dapat menghidupkan kembali perekonomian yang saat ini tengah goyah.
Para manajer investasi Amerika Serikat dan Eropa merupakan penjual bersih saham-saham China dan Hongkong di bulan Juli.
Hal tersebut diungkapkan oleh Morgan Stanley yang juga saat ini tengah menyarankan para kliennya untuk mengambil untung dari reli baru-baru ini, dan telah menurunkan peringkat China ke level yang setara.
Dilansir dari Bloomberg, Indeks FTSE China A50 merupakan satu-satunya dar 10 tolok ukur ekuitas global utama yang dilacak oleh Citigroup Inc, di mana para investor memiliki posisi jual pada akhir Juli silam.
Baca Juga: Pasca Beijing Tidak Bisnis Teknologinya, Jack Ma Berinvestasi di Teknologi Pertanian
Hal ini terjadi bahkan ketika indeks-indeks utama di China dan Hongkong mencatatkan kinerja terbaiknya sejak Januari setelah pertemuan Politbiro atau Biro Politik, di mana para pemimpin tertinggi memberikan isyarat untuk lebih banyak beri dukungan pada sektor real estat yang bermasalah bersamaan dengan janji untuk meningkatkan konsumsi.
Hang Seng China Enterprises Index yang melacak saham-saham utama China yang terdaftar di Hongkong telah jatuh minggu ini di tengah-tengah latar belakang risk-off global menyusul lonjakan 6,1% selama lima sesi sebelumnya.
Manajer Portofolio yang berbasis di San Francisco tepatnya di Matthews Asia Michael J. Oh menilai bahwa sebelumnya reli yang kuat tidak mampu untuk bertahan. Ia juga menambahkan bahwa rebound baru-baru ini lebih merupakan hasil dari para investor yang membalikkan taruhan bearish mereka.
“Saya rasa sebagian besar dana global belum benar-benar membeli ke China dengan cara yang berarti,” ujar Michael dilansir dari Bloomberg, Kamis (3/8).
Dalam indikasi lain, optimisme di sekitar janji pihak berwenang mulai memudar. Dana-dana luar negeri yang berinvestasi di saham-saham China melalui hubungan perdagangan dengan Hongkong menjadi penjual bersih atau net sellers untuk sesi kedua berturut-turut pada hari Kamis, (3/8).
Baca Juga: Melawan Arah Bursa Regional, IHSG Naik 0,29% ke level 6.874,13 pada Kamis (3/8) Pagi
Hal ini terjadi karena adanya penumpukkan di pasar dalam kurun waktu enam hari sebelumnya.
Beijing saat ini sedang berjuang untuk kembali menghidupkan perekonomian yang terus kehilangan tenaga, tetapi perjuangannya ini tidak dibarengi dengan tindakan.
Pemerintah berjanji untuk mendorong konsumsi dan mendukung perusahaan-perusahaan swasta, namun tidak memberikan bantuan berupa uang tunai kepada masyarakat atau menawarkan keringanan pajak kepada bisnis-bisnis.
Para pejabat meminta pemerintah daerah untuk mengeluarkan kebijakan-kebijakan dalam upaya menstabilkan pasar properti, namun tidak dibarengi dengan memberikan rinciannya.
Para pakar strategi ekuitas Morgan Stanley termasuk Jonathan Garner dan Laura Wang dalam sebuah catatan pada Rabu (2/8) menuliskan bahwa pertemuan politbiro bulan Juli silam mengisyaratkan pelonggaran kebijakan, tetapi isu-isu utama seperti utang LGFV, pasar properti dan tenaga kerja serta situasi geopolitik perlu ditingkatkan secara signifikan.
“Untuk arus masuk yang berkelanjutan dan pemeringkatan ulang lebih lanjut,” tulis para pakar tersebut dikutip dari Bloomberg, Kamis (3/8).
Mitra dan Manajer Portofolio di William Blair Investment Management LLC Vivian Lin Thurston mengatakan para manajer investasi global tetap bersikap hati-hati. Beberapa mungkin mempertimbangkan untuk mengurangi posisi underweight mereka karena sentimen bearish dan valuasi telah jatuh.
Dengan harga kurang dari 11 kali pendapatan satu tahun ke depan, Indeks MSCI China berada di bawah kelipatan rata-rata lima tahun yang lebih dari 12 kali.
Indeks tersebut dihargai dengan diskon 14% dibandingkan Indeks MSCI Emerging Markets, dan juga jika dibandingkan dengan rata-rata diskon 4% sejak tahun 2010.
Baca Juga: China Kuasai Bisnis Mineral Tanah Jarang di Dunia, AS dan Barat Mulai Kelimpungan
Thurston dari William Blair mengatakan para investor mungkin perlu melihat pihak-pihak berwenang membuat pinjaman untuk bisnis agar lebih mempermudah dan mendukung pasar perumahan sebelum berubah menjadi bullish.
“Sejumlah uang dan insentif fiskal perlu diberikan. Anda tidak bisa hanya berbicara tanpa dukungan moneter,” ujar Thurston.
Selain itu, Thurston juga mengatakan bahwa ia percaya para investor harus lebih fokus pada pemilihan saham karena ketidakpastian seputar stimulus dan kebijakan-kebijakan makro.
Ia memilih sektor-sektor yang tidak terlalu rentan terhadap sentimen konsumen yang lemah, termasuk minuman keras, internet, dan sepatu atletik.
Baca Juga: Bursa Asia Jatuh Mengekor Wall Street Setelah Fitch Pangkas Peringkat Utang AS
Sampai saat ini, kurangnya langkah-langkah konkret hanya akan meningkatkan kekhawatiran bahwa permasalahan ekonomi China tidak dapat diselesaikan dengan cepat. Sehingga membuat rebound ekuitas yang berkelanjutan menjadi semakin sulit didapat.
Arthur Budaghyan selaku Kepala Strategi Pasar Negara Berkembang di BCA Research Inc mengatakan bahwa strategi yang perusahaannya rekomendasikan adalah melakukan aksi jual pada setiap keputusan yang akan menciptakan optimisme. Ia juga menambahkan bahwa reli saham tidak akan bertahan lama.
“Karena pada akhirnya, siklus bisnis dan laba perusahaan akan mengecewakan lagi,” pungkas Arthur.