Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tri Adi
KONTAN.CO.ID - Setiap miliarder, pasti memiliki sifat unik yang menjadi bekal kesuksesan dirinya. Seperti sifat perfeksionis Charles Cohen, miliarder properti dari Amerika Serikat (AS). Dalam segala hal, Cohen ingin serba sempurna. Hal ini wajar, karena sebagai pebisnis, dia berharap memberikan yang terbaik bagi konsumen. Tak jarang Cohen turun tangan sendiri soal desain. Selain itu, kepedulian terhadap bangunan bersejarah, menjadi nilai lebih cara pandang miliarder properti ini.
Kendati tidak banyak mengumbar kehidupan pribadinya di media, Charles Cohen miliarder pemilik kekayaan senilai US$ 3,3 miliar ini, rupanya juga menikmati gaya hidup kalangan atas. Dalam artikel architecturaldigest.com yang terbit 19 September 2017, Cohen mengungkap dirinya memiliki sebuah kapal pesiar yang dipakai berwisata keliling dunia bersama sang istri.
Aktifitas berlayar ini menjadi salah satu cara Cohen mencari ide untuk pengembangan bisnisnya. Sebab tak jarang Cohen merancang sendiri desain bangunan bagi bisnis real estat miliknya, sebagai "oleh-oleh" dari aksi berwisata.
Cohen memang kritis untuk urusan desain. Bahkan untuk pembuatan kapal pesiarnya saja, dia rela mempekerjakan seorang desainer asal Belanda Cor. D. Rover. Dari sang desainer, tercipta kapal pesiar bernama Seasense.
Rover berkisah, untuk mendesain Seasense, ia memerlukan waktu sedikitnya satu tahun, agar sesuai dengan keinginan sang miliarder. Sifat perfeksionis Cohen, tak dipungkiri menjadi salah satu kelebihannya, hingga bisa sukses seperti sekarang.
Pada tahun 2009, saat Cohen diwawancarai New York Times, dia bercerita bahwa kecintaannya dalam mendesain bangunan sudah dimulai sejak masih duduk di bangku sekolah.
Cohen menyebut di tahun 1990-an, dirinya bahkan pernah mendapatkan kesempatan untuk membeli Decoration & Design Building (D&D) di sebuah gedung dengan tingkat arsitektur kelas dunia yang ada di New York. Sebelumnya, gedung tersebut hanya berupa gedung pertemuan dan tidak dibuka secara komersial.
Namun saat Cohen membelinya, dia memutuskan membuka D&D building bagi masyarakat umum. Langkah ini, menurutnya, untuk menghilangkan paradigma bahwa kantor atau tempat bekerja bukanlah gedung kotak yang monoton.
Jika ditelusuri, rata-rata gedung yang dimiliki Cohen Brothers Realty memang memiliki desain yang megah dan mewah. Menurut Cohen, hal tersebut yang menjadikan bisnisnya tetap bisa bertahan dan menjadi jawara di kota New York, yang padat dengan gedung-gedung pencakar langit.
Prinsip Cohen dalam berbisnis properti antara lain, setiap gedung harus merepresentasikan wilayah berdirinya dan tidak menghilangkan unsur keterkaitan dengan komunitas yang ada di sekitarnya.
Untuk menjaga eksklusivitas, gedung yang dikelola Cohen terlihat lebih kinclong karena sering diperbaharui. Mulai dari warna cat, bentuk ruangan, merombak desain lobi utama, ruang publik, dan sebagainya. Hal-hal tersebut, kata Cohen, menjadi daya tarik bagi penyewa (tenant). Alhasil, hampir semua gedung yang dikelola Cohen, memiliki tingkat keterisian di atas 80%.
Bukan hanya untuk soal bisnis dan liburan saja. Sifat perfekesionis dia juga menonjol saat mengurusi bisnis film. Diceritakan dalam rew.online.com yang terbit 20 September lalu, Cohen membeli bioskop di kawasan Westchester County, AS bernama Larchmont. Kendati gedung bioskop itu sudah berumur tua, Cohen merenovasi gedung tersebut dan tetap menghidupkan nilai sejarahnya. Sebab, Cohen melihat tren gedung teater yang banyak berubah fungsi menjadi bangunan komersial nan modern.
Larchmont sendiri telah diumumkan kebangkrutan setelah gagal meningkatkan penjualan pada awal September 2017. Asal tahu saja, Larchmont merupakan salah satu bioskop lawas yang sudah beroperasi selama 80 tahun lebih. Hal inilah yang menggerakan hati Cohen, untuk merombak habis gedung tua tersebut dan mengembalikan fungsi awalnya. Inilah aksi miliarder dunia yang mencintai dunia sinema.
(Bersambung)













