Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - Naiknya suhu air di lautan dapat meningkatkan jumlah methylmercury yang terkandung dalam ikan.
Penelitian yang dipimpin oleh para peneliti dari Harvard University menambahi daftar efek berbahaya akibat perubahan iklim. Laut air hangat mempengaruhi tingginya neurotoxicant methylmercury yang terkandung di dalam tubuh seafood, ikan cod, tuna sirip biru, dan ikan marlin.
Para peneliti mengembangkan riset ini menggunakan model yang lengkap untuk menstimulasikan bagaimana faktor lingkungan termasuk naiknya suhu lautan dan penangkapan ikan yang berlebihan, mempengaruhi tingkat methylmercury dalam ikan.
Hasil penelitan menunjukkan aturan emisi merkuri telah berhasil menurunkan tingkat kandungan methylmercury pada ikan.
Baca Juga: Hebatnya, ini cerita siswa SMA temukan obat penyembuh kanker dan juara dunia
Namun, di masa depan peraturan emisi merkuri tidak lagi dapat menurunkannya. Sebab, suhu lautan yang tinggi dapat memacu tingkat kandungan methylmercury dalam kehidupan laut di masa depan.
"Penelitian ini merupakan kemajuan dalam memahami bagaimana dan kenapa predator laut seperti tuna dan marlin mengandung mercuri," kata Elsie Sunderland, Penulis Senior Penelitian ini.
Amina Schartup, Penulis Utama penelitian ini memprediksikan mereka bakal sulit menjawab tingkat mercury yang terkandung dalam ikan. Karena, sampai saat ini mereka belum memahami kenapa tubuh ikan berukuran besar dapat mengandung methylmercury dalam kadar tinggi.
Baca Juga: Begini cara burung menavigasi arah haluan angin
Berdasarkan penelitian baru, para peneliti memprediksikan meningkatkan suhu air laut sebesar satu derajat celcius dapat menaikkan kandungan methylmercurt dalam ikan cod sebesar 32% dan 70% untuk ikan hiu cucut botol
"Penelitian ini menggabungkan berbagai jenis data dengan model yang terdampak lansung dalam bagaimana mengatur tata kelola perikanan," kata Hedy Edmonds, Direktur Program Divisi Ilmu Kelautan National Science Foundation.
Sumber : National Science Foundation