Sumber: Channel News Asia | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Dana Moneter Internasional (IMF) pada hari Kamis (13/7) mengatakan ekonomi China kembali melambat. Padahal, raksasa Asia ini sempat menunjukkan pertumbuhan yang kuat pada kuartal pertama (Q1) tahun ini.
IMF menjelaskan bahwa situasi ini muncul karena didorong oleh investasi swasta yang lebih lemah, ekspor yang melambat, dan permintaan domestik yang berkurang.
"Jadi, gambaran keseluruhan untuk pertumbuhan di China adalah salah satu ekonomi yang melambat dan itu konsisten dengan perkiraan yang kami miliki di bulan April," kata juru bicara IMF, Julie Kozack, dikutip Channel News Asia.
Baca Juga: Membandingkan Ekonomi AS, China dan Eropa di Tengah Inflasi Tinggi
Lebih lanjut, Kozack mengatakan IMF akan merevisi perkiraan pertumbuhan China sebagai bagian dari pembaruan Outlook Ekonomi Dunia yang akan terbit pada 25 Juli mendatang. Namun Kozack tidak mengindikasikan apakah penilaiannya akan lebih rendah.
Pada bulan April, IMF memperkirakan pertumbuhan PDB riil China tahun 2023 adalah sebesar 5,2%, naik dari 3,0% yang saat itu tertahan oleh pandemi Covid-19 tahun 2022.
Awal tahun ini China kembali membuka aktivitas ekonomi secara normal, menjadi salah satu titik terang dalam perkiraan IMF yang lemah pada bulan April.
Baca Juga: Dolar AS Masih Jadi Mata Uang Dunia Terkemuka, Tapi Tak Lagi Dominan
Situasi itu jadi lebih membanggakan bagi China karena di saat yang sama banyak kekuatan ekonomi utama dunia yang bergerak melambat, didorong oleh kebijakan moneter yang lebih ketat melemahkan permintaan.
Saat ini IMF masih terus mengamati pergerakan ekonomi China yang semakin sulit ditebak, terutama faktor inflasi yang bisa berdampak pada ekonomi global.
"IMF mengamati inflasi yang lemah di China karena permintaan yang lebih lemah dan kendurnya ekonomi," pungkas Kozack dalam jumpa pers rutinnya.