Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
Keuntungan ALBM adalah peluncurannya yang fleksibel karena dibawa oleh pesawat, sehingga dapat diluncurkan dari berbagai arah, kata Uzi Rubin, peneliti senior di Institut Strategi dan Keamanan Yerusalem.
Hal ini membuat perencanaan serangan lebih mudah dan menyulitkan sistem pertahanan musuh. Namun, ALBM tidak sepenuhnya kebal terhadap pertahanan udara. Di Ukraina, rudal Patriot PAC-3 dari Lockheed Martin telah berhasil mencegat rudal Khinzhal Rusia.
Selama Perang Dingin, berbagai negara, termasuk Amerika Serikat dan Inggris, telah bereksperimen dengan ALBM. Saat ini, hanya Israel, Rusia, dan China yang diketahui memiliki senjata ini.
Baca Juga: Iran Tembak 200 Rudal ke Israel dalam Serangan Besar, Janji Bakal Kirim Lebih Banyak
Meskipun Amerika Serikat telah menguji ALBM hipersonik AGM-183 buatan Lockheed Martin, pengembangan senjata ini tidak mendapatkan pendanaan untuk tahun fiskal 2025. Washington lebih mengandalkan rudal jelajah dan senjata jarak jauh lainnya.
Selain itu, Raytheon mengembangkan SM-6, rudal pertahanan udara yang juga diuji untuk misi udara-ke-udara dan permukaan-ke-permukaan. Meskipun diuji sebagai senjata antikapal yang diluncurkan dari udara, SM-6 secara publik tidak dimaksudkan untuk serangan udara-ke-darat.
Banyak negara dengan kemampuan senjata presisi sebenarnya memiliki potensi untuk mengembangkan ALBM, ujar seorang eksekutif industri pertahanan yang tidak disebutkan namanya.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Naik Lebih dari US$1 Jumat (1/11), Iran Bersiap Serang Israel
Menurutnya, ALBM merupakan kombinasi cerdas dari teknologi pemandu, hulu ledak, dan motor roket yang ada, sehingga memungkinkan pengembangan senjata baru yang efektif dengan biaya yang relatif terjangkau.