Sumber: CNBC | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - Serangan rudal Iran ke pangkalan militer Amerika Serikat (AS) di Irak pada hari Rabu (8/1) dinilai bisa mengurangi ketegangan hubungan kedua negara. Hal itu dikatakan mantan duta besar AS pada hari Rabu pasca serangan Iran.
"Itu semua tergantung pada apa yang ternyata merupakan kerusakan atau potensi korban," kata Richard Schmierer, duta besar AS untuk Oman dari 2009 hingga 2012, kepada CNBC "Street Signs Asia."
Baca Juga: Pesawat Ukraina jatuh di Iran, 170 penumpang tewas
"Dan jadi ini mungkin kesempatan - tanpa adanya korban - untuk kedua belah pihak sekarang mengatakan: 'oke kita masing-masing telah melakukan sesuatu, kita bisa mundur,'" kata Schmierer, yang saat ini ketua dewan direksi di Dewan Kebijakan Timur Tengah.
Rabu pagi dini hari waktu setempat, Iran menembakkan lebih dari selusin rudal balistik yang ditujukan ke pangkalan Irak yang menampung pasukan A.S.
Baca Juga: Mengapa Donald Trump memprovokasi Iran untuk menyerang pasukan AS?
Itu terjadi kurang dari seminggu setelah Presiden AS Donald Trump memerintahkan serangan udara di Baghdad yang menewaskan komandan Iran Qasem Soleimani, yang memimpin sayap operasi asing Korps Pengawal Revolusi Islam paramiliter. Teheran telah berjanji untuk membalas.
Schmierer mengatakan bahwa serangan Iran di pangkalan-pangkalan militer AS di Irak adalah usaha militer yang sangat serius yang menunjukkan Teheran dapat menjangkau pasukan Amerika di kawasan itu.
"Ke depan, itu mungkin menyebabkan Presiden Trump kurang bersedia mengambil langkah-langkah yang diambilnya pekan lalu," tambahnya.
Trump merespons dalam beberapa jam setelah serangan. Trump mengatakan semua baik-baik saja! "Rudal diluncurkan dari Iran di dua pangkalan militer yang berlokasi di Irak" tulis Trump menilai korban dan kerusakan akibat serangan Iran di Pangkalan militer AS di Irak.
Baca Juga: Mencermati dampak konflik AS-Iran terhadap ekonomi Indonesia
"Sejauh ini baik! Kami memiliki militer yang paling kuat dan lengkap di mana saja di dunia, ”katanya.
Posting Twitter itu menyarankan bahwa Trump mungkin siap untuk mengurangi ketegangan dengan Iran, terutama jika tidak ada korban dari serangan itu, kata Schmierer.