Sumber: Kompas.com | Editor: Rizki Caturini
WASHINGTON. Serangan siber berskala raksasa yang menggunakan peragkat peretas yang diyakini dikembangkan Badan Keamanan Nasional (NSA) AS telah menyerang sejumlah institusi dan organisasi di dunia.
Otoritas terkait di berbagai negara telah berupaya mengamankan jaringan komputernya dengan memperbaharui sistem dari kemungkinan serangan peretas.
Pada April lalu, kelompok peretas yang dikenal sebagai The Shadow Brokers mengklaim telah mencuri alat peretas tersebut dan merilisnya secara online.
Seperti diberitakan BBC Indonesia, Microsoft telah merilis sebuah piranti khusus untuk mencegah serangan peretas pada Maret lalu, tetapi belum terealisasi karena banyak sistem yang mungkin belum diperbarui.
Muncul laporan yang menyebutkan serangan peretas itu telah melanda 99 negara, di antaranya Inggris, AS, China, Rusia, Spanyol, dan Italia.
Perusahaan keamanan dunia maya, Avast, mengatakan telah melihat serangan siber sebanyak 75.000 kasus di seluruh dunia. Mereka menyebut serangan itu bernama WCry atau WannaCry.
"Ini serangan berskala raksasa," kata ahli keamanan dunia maya dari Avast, Jakub Kroustek.
Banyak peneliti mengatakan bahwa insiden serangan siber ini sepertinya saling terkait, tetapi kemungkinan ini bukan serangan terkoordinasi terhadap target tertentu.
Siapa yang paling terdampak?
Departemen Kesehatan di Inggris dan Skotlandia tampaknya termasuk institusi yang dilaporkan terkena serangan siber paling parah.
Serangan peretas muncul di komputer melalui email dan tautannya, yang jika dibuka akan mengunci semua file di dalam perangkat jaringan komputer.
Akibat serangan ini, sejumlah aktivitas di rumah sakit di Inggris dan Skotlandia harus ditunda atau dibatalkan. Seorang pekerja kesehatan mengatakan kepada BBC bahwa serangan siber ini akan merugikan para pasien.
Sejumlah laporan menyebutkan Rusia adalah salah satu negara yang paling terdampak dari serangan siber ini dibandingkan negara-negara lainnya.
Kementerian dalam negeri Rusia menyatakan telah "melokalisasi virus" menyusul "serangan terhadap komputer pribadi yang menggunakan sistem operasi Windows".
Sejumlah anggota masyarakat telah mengunggah foto layar komputernya yang terdampak serangan peretas, termasuk mesin tiket kereta api lokal di Jerman dan laboratorium komputer di sebuah universitas di Italia.
Beberapa perusahaan di Spanyol, termasuk perusahaan telekomunikasi Telefonica dan perusahaan listrik Iberdrola, merasakan dampak dari serangan siber tersebut.
Terdapat laporan yang menyebutkan agar para staf di sejumlah perusahaan diberitahu untuk mematikan komputer mereka.
Perusahan telkom Portugal, perusahaan jasa pengiriman FedEx, serta jaringanan telepon seluler terbesar kedua di Rusia juga mengklaim bahwa mereka terdampak.
Siapa di balik serangan itu?
Beberapa ahli mengatakan serangan tersebut kemungkinan dilakukan untuk mengeksploitasi kelemahan sistem Microsoft yang telah diidentifikasi NSA dan diberi nama EternalBlue.
Alat peretas milik NSA kemudian dicuri sekelompok hacker yang menyebut dirinya sebagai The Shadow Brokers, yang kemudian mencoba menjualnya dalam lelang online.
Namun demikian mereka kemudian membuat alat yang tersedia secara bebas, dan mengumumkan kata sandinya pada awal April lalu.
Para peretas mengatakan mereka menerbitkan kata sandi tersebut sebagai "protes" terhadap kebijakan Presiden AS Donald Trump.
Ketika itu, sejumlah ahli keamanan dunia maya telah mengatakan bahwa ancaman serangan peretas itu nyata, tetapi dianggap tidak terlalu menakutkan.
Sebuah sistem untuk menutupi kelemahan dari serangan peretas telah dirilis oleh Microsoft pada Maret lalu, namun tidak dapat diterapkan karena belum semua sistem melakukan pembaruan.