kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.705.000   1.000   0,06%
  • USD/IDR 16.290   30,00   0,18%
  • IDX 6.750   -53,40   -0,78%
  • KOMPAS100 997   -8,64   -0,86%
  • LQ45 770   -6,78   -0,87%
  • ISSI 211   -0,72   -0,34%
  • IDX30 399   -2,48   -0,62%
  • IDXHIDIV20 482   -1,69   -0,35%
  • IDX80 113   -1,02   -0,90%
  • IDXV30 119   -0,06   -0,05%
  • IDXQ30 131   -0,75   -0,57%

Setelah Tiga Tahun Perang, Trump Buka Peluang Selamatkan Ekonomi Rusia


Senin, 24 Februari 2025 / 16:02 WIB
Setelah Tiga Tahun Perang, Trump Buka Peluang Selamatkan Ekonomi Rusia
ILUSTRASI. Ekonomi Rusia saat ini berada di ambang pendinginan setelah periode pemanasan yang signifikan akibat stimulus fiskal besar-besaran. Sputnik/Mikhail Metzel/Kremlin via REUTERS 


Sumber: Reuters | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - LONDON. Ekonomi Rusia saat ini berada di ambang pendinginan setelah periode pemanasan yang signifikan akibat stimulus fiskal besar-besaran, kenaikan suku bunga, inflasi tinggi, dan sanksi Barat yang terus berlangsung.

Namun, setelah tiga tahun perang, kebijakan terbaru dari Washington dapat menjadi angin segar bagi Moskow.

Dampak Perang terhadap Ekonomi Rusia

Sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 2022, ekonomi Rusia menghadapi tekanan besar akibat peningkatan belanja militer dan sanksi ekonomi dari negara-negara Barat. Saat ini, Rusia dihadapkan pada dua pilihan sulit: menghentikan eskalasi belanja militer atau terus membiayainya dengan risiko pertumbuhan yang melambat, inflasi tinggi, serta penurunan standar hidup.

Menurut Oleg Vyugin, mantan wakil ketua bank sentral Rusia, pengeluaran untuk sektor militer yang tidak produktif telah menyebabkan overheating ekonomi.

Dengan suku bunga mencapai 21%, investasi korporasi melambat, sementara inflasi sulit dikendalikan. Ia menilai bahwa solusi terbaik bagi Rusia adalah mencari penyelesaian diplomatik untuk konflik ini guna menghindari stagnasi ekonomi.

Baca Juga: Rusia Pertimbangkan Penyerahan Aset yang Dibekukan Barat untuk Rekonstruksi Ukraina

Meski Rusia kecil kemungkinan untuk segera memangkas belanja pertahanannya, prospek kesepakatan damai dapat meredakan tekanan ekonomi lainnya, membuka peluang pelonggaran sanksi, serta mendorong kembali investasi dari perusahaan-perusahaan Barat.

Sinyal Positif dari Pasar Keuangan

Pasar keuangan Rusia menunjukkan tanda-tanda optimisme. Nilai tukar rubel menguat mendekati level tertinggi dalam enam bulan terhadap dolar AS pada 16 Februari, didorong oleh ekspektasi potensi pelonggaran sanksi ekonomi.

Sejak kontraksi kecil pada 2022, ekonomi Rusia mencatat pertumbuhan signifikan pada 2023. Namun, pada 2024, pertumbuhan diperkirakan melambat menjadi sekitar 1-2%. Bank sentral Rusia menegaskan bahwa peningkatan permintaan domestik yang lebih cepat dari kapasitas produksi telah menciptakan tekanan inflasi yang signifikan.

Pada 14 Februari, Bank Sentral Rusia mempertahankan suku bunga di level 21% guna mengendalikan inflasi. Gubernur Bank Sentral Elvira Nabiullina menegaskan bahwa defisit anggaran negara yang meningkat tajam pada Januari 2024, mencapai 1,7 triliun rubel (USD 19,21 miliar), perlu dikendalikan agar tidak semakin memperburuk kondisi ekonomi.

Baca Juga: Trump Sebut Zelinsky Diktator, Peringatkan untuk Gerak Cepat atau Kehilangan Ukraina

Dampak Sosial dan Sektor Bisnis

Kebijakan fiskal besar-besaran pemerintah telah menciptakan kesenjangan ekonomi yang signifikan. Bagi pekerja di industri militer, lonjakan belanja pemerintah telah meningkatkan upah secara substansial. Sebaliknya, pekerja di sektor sipil menghadapi kesulitan akibat kenaikan harga barang kebutuhan pokok.

Sejumlah bisnis di Rusia mampu memanfaatkan situasi ini. Contohnya, Melon Fashion Group mengalami pertumbuhan pendapatan yang stabil karena lonjakan permintaan domestik dan berkurangnya persaingan akibat keluarnya perusahaan-perusahaan Barat. Sejak 2023, ukuran rata-rata toko baru yang dibuka oleh Melon Fashion Group meningkat dua kali lipat.

Namun, bagi banyak sektor lain, tingginya suku bunga menjadi tantangan besar. Menurut Elena Bondarchuk, pendiri pengembang gudang Orientir, suku bunga tinggi menyulitkan peluncuran proyek baru. Jumlah investor pun menyusut, sementara mereka yang bertahan masih sangat bergantung pada kondisi perbankan.

Strategi AS: Ancaman dan Insentif

Di tengah ketidakpastian ini, strategi pemerintahan AS di bawah Donald Trump dapat memberikan keuntungan bagi Rusia. Trump sedang mendorong kesepakatan damai yang cepat dengan Rusia tanpa melibatkan Ukraina atau sekutu Eropa lainnya. Hal ini berpotensi menguntungkan Moskow secara politik dan ekonomi.

Baca Juga: Trump dan Zelenskiy Berseteru, Kremlin: Trump 200% Benar

Selain menawarkan kemungkinan pelonggaran sanksi, Washington juga menggunakan ancaman tambahan. Jika Rusia tidak menunjukkan itikad baik dalam perundingan damai, AS dapat memberlakukan sanksi yang lebih berat.

"Amerika Serikat memiliki pengaruh ekonomi yang besar. Mereka menawarkan pelonggaran sanksi jika Rusia bekerja sama, tetapi juga siap memperburuk keadaan jika Rusia menolak," Menurut Chris Weafer, CEO Macro-Advisory Ltd.

Dengan latar belakang ini, kebijakan AS akan menjadi faktor penentu bagi ekonomi Rusia dalam beberapa bulan ke depan. Jika negosiasi damai berhasil, Rusia dapat terhindar dari perlambatan ekonomi yang berkepanjangan dan mulai memulihkan kembali stabilitas ekonomi domestiknya.

Selanjutnya: Sudah Komunikasi dengan Megawati, Pramono & 36 Kepala Daerah Ikut Retret di Magelang

Menarik Dibaca: 10 Camilan Paling Sehat untuk Dikonsumsi saat Diet Menurunkan Berat Badan



TERBARU

[X]
×