kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.481.000   3.000   0,20%
  • USD/IDR 15.703   21,00   0,13%
  • IDX 7.557   53,01   0,71%
  • KOMPAS100 1.175   9,66   0,83%
  • LQ45 939   11,90   1,28%
  • ISSI 227   0,10   0,04%
  • IDX30 484   6,37   1,33%
  • IDXHIDIV20 584   9,51   1,66%
  • IDX80 134   1,12   0,85%
  • IDXV30 142   -0,56   -0,39%
  • IDXQ30 162   1,94   1,21%

Risiko Perang Nuklir Meningkat, Saluran Darurat AS-Rusia Masih Beroperasi


Selasa, 08 Oktober 2024 / 20:37 WIB
Risiko Perang Nuklir Meningkat, Saluran Darurat AS-Rusia Masih Beroperasi
ILUSTRASI. Kapal selam nuklir Rusia, Kazan. Rusia menegaskan bahwa saluran darurat dengan AS dan NATO masih beroperasi di tengah peningkatan risiko nuklir.


Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  MOSKOW. Pemerintah Rusia menyatakan bahwa saluran telepon darurat antara Moskow dengan Amerika Serikat (AS) dan NATO tetap berfungsi di tengah meningkatnya ketegangan nuklir. 

Pernyataan ini disampaikan saat hubungan antara Rusia dan Barat mencapai titik terburuk sejak era Perang Dingin akibat perang di Ukraina.

Perang yang telah berlangsung selama 2,5 tahun ini memasuki fase yang disebut oleh pejabat Rusia sebagai yang paling berbahaya. Pasukan Rusia terus maju, sementara Amerika Serikat mempertimbangkan untuk mengizinkan Ukraina melakukan serangan ke wilayah Rusia menggunakan rudal Barat. 

Baca Juga: Dubes Rusia untuk AS Akhiri Masa Jabatan di Tengah Ketegangan Bilateral

Presiden Vladimir Putin sebelumnya menyatakan bahwa jika negara-negara Barat mendukung langkah ini, hal tersebut akan dianggap sebagai keterlibatan langsung NATO, Amerika Serikat, dan negara-negara Eropa dalam konflik di Ukraina.

Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Alexander Grushko, mengungkapkan bahwa Rusia menilai NATO sedang meningkatkan peran senjata nuklir dalam strategi militernya. 

Rusia, kata Grushko, sedang memperbarui doktrin nuklirnya untuk menegaskan kesiapan mereka dalam mempertahankan keamanan nasional dengan segala cara yang tersedia.

Dalam beberapa tahun terakhir, Rusia telah menurunkan ambang batas penggunaan senjata nuklir, memungkinkan penggunaannya sebagai respons terhadap serangan konvensional. Hal ini menambah dimensi baru dalam hubungan tegang antara Rusia dan Barat.

Baca Juga: Israel Membom Pusat Beirut dan Tewaskan 6 Orang, 1,2 Juta Warga Lebanon Mengungsi

Saluran telepon khusus antara Moskow dan Washington pertama kali didirikan pada 1963 setelah Krisis Rudal Kuba 1962, untuk mencegah kesalahpahaman yang bisa memicu perang. 

Saluran ini telah digunakan dalam sejumlah krisis besar, seperti Perang Enam Hari 1967, invasi Soviet ke Afghanistan pada 1979, dan setelah serangan 9/11 di Amerika Serikat.

Selain saluran darurat antara para pemimpin, terdapat pula saluran komunikasi khusus antara Pentagon dan Kementerian Pertahanan Rusia yang didirikan selama Perang Dingin untuk mengurangi risiko perang nuklir. 

Setelah Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022, jalur tambahan bernama "dekonfliksi" dibentuk untuk mencegah konflik antara militer Rusia dan Amerika Serikat meningkat.

Baca Juga: Rusia: Konfrontasi dengan Barat Tak Tertandingi, 1 Kesalahan Bisa Picu Malapetaka

Pada bulan Juli, Menteri Pertahanan Rusia, Andrei Belousov, menghubungi Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin, terkait dugaan rencana Ukraina untuk menyerang Rusia.

Menurut laporan The New York Times, Austin menerima telepon dari Belousov terkait operasi rahasia Ukraina yang diyakini didukung oleh AS. Selain itu, Rusia dan NATO memiliki saluran komunikasi sejak 2013 untuk mencegah kesalahpahaman dalam situasi krisis.

Selanjutnya: Hukuman Doping Paul Pogba Dipangkas dari 4 Tahun Menjadi 18 Bulan

Menarik Dibaca: Agritech Koltiva Bantu Rantai Pasokan Produk Pertanian Bisa Terlacak




TERBARU
Kontan Academy
Eksekusi Jaminan Fidusia Pasca Putusan MK Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES)

[X]
×