kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Tantang Dominasi Militer AS, Rusia dan China Mempererat Kerja Sama


Kamis, 12 September 2024 / 21:33 WIB
Tantang Dominasi Militer AS, Rusia dan China Mempererat Kerja Sama
ILUSTRASI. Dalam upaya untuk menantang dominasi militer Amerika Serikat, Rusia dan China semakin mempererat kerja sama militer mereka.. Sputnik/Pavel Byrkin/Kremlin via REUTERS


Sumber: businessinsider.com | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam upaya untuk menantang dominasi militer Amerika Serikat, Rusia dan China semakin mempererat kerja sama militer mereka.

Latihan militer besar-besaran yang dilakukan pada hari Selasa di Laut Jepang, menjadi sinyal kuat bahwa kedua kekuatan tersebut siap menghadapi pengaruh AS di panggung global.

Latihan Militer "Ocean-24": Skala Besar di Berbagai Wilayah

Latihan militer yang dinamakan "Ocean-24" mencakup operasi di Samudra Pasifik, Samudra Arktik, Laut Mediterania, Laut Kaspia, dan Laut Baltik. Menurut Kementerian Pertahanan Rusia, latihan ini melibatkan lebih dari 400 kapal perang, kapal selam, dan kapal pendukung, serta lebih dari 120 pesawat dan helikopter.

Sekitar 90.000 tentara turut serta dalam latihan ini, menjadikannya salah satu operasi gabungan terbesar yang pernah dilakukan oleh kedua negara.

Kementerian Pertahanan China menyatakan bahwa latihan ini bertujuan untuk memperdalam tingkat kerja sama strategis antara militer China dan Rusia, serta meningkatkan kemampuan kedua negara dalam menangani ancaman keamanan bersama. Pernyataan ini menegaskan pentingnya latihan dalam memperkuat hubungan militer antara kedua negara.

Baca Juga: 3 Anggota Komite Palang Merah Internasional Tewas Diserang di Wilayah Donetsk Ukraina

Peningkatan Kerjasama Militer Rusia-China

Latihan ini merupakan latihan militer gabungan kedua dalam tiga bulan terakhir, setelah sebelumnya latihan serupa diadakan di dekat pelabuhan Guangdong, China, pada bulan Juli.

Sejak tahun 2003, militer Rusia dan China telah melakukan 102 latihan gabungan, dengan lebih dari separuhnya terjadi dalam tujuh tahun terakhir. Fakta ini mencerminkan semakin eratnya hubungan militer kedua negara.

Menurut Graeme Thomson, seorang analis dari Eurasia Group, latihan militer ini merupakan pesan yang jelas dari Rusia dan China kepada Barat. Rusia ingin menunjukkan bahwa mereka tetap merupakan kekuatan global yang mampu beroperasi di berbagai kawasan lautan, sementara China memanfaatkan momen ini untuk memperdalam kerjasama strategis dengan Rusia.

Poros Anti-AS: Tantangan Terhadap Dominasi Barat

Hubungan erat antara China dan Rusia semakin terlihat jelas sejak menjelang invasi Rusia ke Ukraina. Pada saat itu, Presiden China Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan kemitraan "tanpa batas" sebagai bagian dari misi bersama mereka untuk menantang dominasi global Amerika Serikat.

Baca Juga: Rusia Bisa Bergabung dengan China Jika Menghadapi Ancaman AS

Sejak itu, China telah memberikan dukungan diplomatik dan ekonomi penting kepada Rusia, terutama di tengah isolasi internasional yang dihadapi Rusia akibat invasi tersebut.

Amerika Serikat dan sekutunya di kawasan Indo-Pasifik, seperti Jepang dan Korea Selatan, memiliki kehadiran militer yang signifikan di wilayah ini.

Latihan militer yang dilakukan di Laut Jepang dan Laut Okhotsk oleh Rusia dan China menjadi sorotan, mengingat kedua negara juga memiliki sengketa wilayah dengan Jepang. Selain itu, China juga terus mengancam Taiwan, yang berpotensi memicu konflik dengan Amerika Serikat.

Potensi Konflik dan Persaingan Kekuatan Besar

Kerjasama militer antara Rusia dan China dianggap oleh beberapa ahli sebagai tantangan serius bagi Barat.

Kekuatan gabungan kedua negara ini berpotensi menghadirkan ancaman yang belum pernah dihadapi Amerika Serikat dalam beberapa dekade terakhir, terutama dengan fokus militer AS yang sebelumnya lebih terpusat pada perang melawan kelompok-kelompok militan di Timur Tengah.

Dalam sebuah laporan tahun lalu, Komisi Kongres untuk Postur Strategis Amerika Serikat mendesak Pentagon untuk segera meninjau ulang strategi militernya, agar dapat menghadapi kemungkinan konflik dengan kedua negara besar ini secara bersamaan.

Baca Juga: Peringatan Vladimir Putin: AS Jangan Coba Mengalahkan Moskow di Asia

Namun, beberapa analis juga menunjukkan adanya ketegangan di balik kemitraan Rusia-China. Meskipun hubungan mereka semakin erat, Rusia telah menjadi mitra junior bagi China dan semakin bergantung pada dukungan ekonomi dan diplomatik dari Beijing.

China sendiri kemungkinan memanfaatkan situasi di Ukraina untuk kepentingannya, yakni mengalihkan perhatian Barat sembari mempersiapkan kemungkinan serangan terhadap Taiwan.



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×