kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.800   -4,00   -0,03%
  • IDX 7.464   -15,97   -0,21%
  • KOMPAS100 1.153   -1,34   -0,12%
  • LQ45 914   0,46   0,05%
  • ISSI 226   -1,09   -0,48%
  • IDX30 472   1,38   0,29%
  • IDXHIDIV20 569   1,73   0,30%
  • IDX80 132   0,12   0,09%
  • IDXV30 140   0,88   0,63%
  • IDXQ30 157   0,29   0,18%

Siapapun Pemenang Pemilu AS, Putin Tidak Terburu-buru untuk Akhiri Perang Ukraina


Selasa, 05 November 2024 / 07:55 WIB
Siapapun Pemenang Pemilu AS, Putin Tidak Terburu-buru untuk Akhiri Perang Ukraina
ILUSTRASI. Siapa pun yang memimpin Gedung Putih nanti, para analis percaya Putin akan lebih diuntungkan dengan memperpanjang perang daripada mengakhirinya. Sergey Bobylev/TASS Host Photo Agency/Handout via REUTERS 


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Dua kandidat Presiden AS, Kamala Harris dan Donald Trump, memiliki visi yang sangat berbeda tentang bagaimana mereka akan berusaha mengakhiri salah satu krisis keamanan terparah dunia dalam beberapa dekade terakhir: perang Ukraina.

Melansir Business Insider, Harris telah berjanji untuk melanjutkan kebijakan Presiden Joe Biden. Yakni, memberikan senjata kepada Ukraina untuk mempertahankan diri dari invasi Rusia yang telah berlangsung selama dua tahun.

Sementara, Trump mengklaim bahwa dia dapat mengakhiri konflik dengan cepat melalui negosiasi.

Siapa pun yang memimpin Gedung Putih pada bulan Januari, para analis percaya bahwa Putin kemungkinan bertaruh bahwa dia akan lebih diuntungkan dengan memperpanjang perang daripada mengakhirinya.

Rencana perdamaian Trump 

Upaya atau strategi di mana Trump akan berusaha untuk menengahi perdamaian di Ukraina tidak jelas. Meski demikian, Trump telah mengkritik bantuan yang dikirim Biden ke Ukraina, dengan menyarankan hal itu bisa digunakan sebagai alat tekanan.

Dia juga mempertanyakan efektivitas sanksi administrasi terhadap Rusia.

Rekan satu timnya, JD Vance, baru-baru ini menguraikan rencana untuk mengakhiri perang di Ukraina di bawah kemungkinan pemerintahan Trump, dengan pembentukan "zona demiliterisasi" di wilayah Ukraina yang diduduki Rusia.

Baca Juga: Pemilu AS 2024: Ini Rencana Kebijakan Harris dan Trump Terkait Isu-Isu Utama

Kedua kandidat juga mempertanyakan komitmen AS terhadap NATO, pakta keamanan yang telah menjadi benteng utama melawan agresi Rusia di Eropa.

Namun, menurut para kritikus, dengan mengurangi bantuan ke Ukraina dan, pada dasarnya, menyerahkan sebagian besar wilayah kepada Rusia, AS kemungkinan akan memperkuat agresi Kremlin.

"Jika Rusia tahu bahwa revisi teritorialnya di Ukraina dapat diterima oleh Washington, sulit untuk melihat bagaimana Moskow tidak akan melihat hal yang sama di tempat lain (atau bahkan lebih jauh di Ukraina, seperti yang dilakukan setelah 2014)," kata Paul Cormarie, seorang analis kebijakan di RAND Corporation,

"Perdamaian di Ukraina yang menguntungkan Rusia bukanlah perdamaian, itu adalah gencatan senjata."

Baca Juga: Zelenskiy Desak Sekutu Setop Menonton dan Mulai Bertindak Atas Korea Utara


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×