kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.901.000   -17.000   -0,89%
  • USD/IDR 16.509   79,00   0,48%
  • IDX 7.484   -65,55   -0,87%
  • KOMPAS100 1.049   -9,43   -0,89%
  • LQ45 790   -7,68   -0,96%
  • ISSI 254   -1,44   -0,57%
  • IDX30 409   -4,26   -1,03%
  • IDXHIDIV20 466   -6,75   -1,43%
  • IDX80 119   -1,00   -0,84%
  • IDXV30 122   -1,55   -1,25%
  • IDXQ30 130   -1,12   -0,86%

Sikap Hati-Hati The Fed Paksa Pasar Pangkas Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga


Kamis, 31 Juli 2025 / 08:48 WIB
Sikap Hati-Hati The Fed Paksa Pasar Pangkas Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga
ILUSTRASI. U.S. Federal Reserve Chair Jerome Powell speaks during a press conference following a two-day meeting of the Federal Open Market Committee on interest rate policy, in Washington, U.S., January 29, 2025. REUTERS/Kevin Lamarque


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Federal Reserve (The Fed) memilih untuk tetap bersikap hati-hati dengan tidak memberikan sinyal kuat soal pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat.

Keputusan ini mendorong investor mengurangi ekspektasi terhadap kemungkinan pelonggaran kebijakan moneter pada pertemuan selanjutnya.

Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) memutuskan mempertahankan suku bunga acuan dalam kisaran 4,25%–4,50% pada Rabu (30/7/2025) waktu setempat.

Baca Juga: Pertama Kali Sejak 1993 Voting Terbelah, The Fed Tetap Pertahankan Bunga 4,25%-4,5%

Keputusan ini diwarnai perbedaan pandangan di internal dewan gubernur The Fed, dengan dua gubernur yang merupakan orang dekat Presiden Donald Trump menyuarakan ketidaksetujuan karena menilai kebijakan saat ini terlalu ketat.

The Fed terakhir kali memangkas suku bunga pada Desember lalu, setelah sebelumnya menaikkan suku bunga secara agresif sejak Maret 2022 hingga Juli 2023 untuk meredam lonjakan inflasi.

Minimnya sinyal bahwa The Fed membuka peluang pemangkasan suku bunga pada pertemuan September mendatang langsung mengerek imbal hasil obligasi AS dan memperkuat dolar, sekaligus menekan pasar saham.

“Saya kira The Fed telah menunda kemungkinan pemangkasan suku bunga,” ujar Sonu Varghese, ahli strategi makro global di Carson Group.

“Mereka menunggu lebih banyak data, dan itu berarti suku bunga akan tetap tinggi dalam beberapa bulan ke depan.”

Baca Juga: Pernyataan Hasil FOMC Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) 30 Juli 2025

Berdasarkan alat FedWatch CME Group, pelaku pasar kini hanya memperkirakan peluang pemangkasan suku bunga pada September sebesar 46%, turun tajam dari sekitar 65% sehari sebelumnya.

Ekspektasi terhadap dua kali pemangkasan masing-masing 25 basis poin hingga akhir tahun pun mulai memudar.

Ketua The Fed Jerome Powell menyatakan, pihaknya belum membuat keputusan apa pun terkait arah kebijakan pada September.

“Masih ada waktu untuk mengkaji beragam data ekonomi sebelum kami mengambil keputusan,” ujarnya dalam konferensi pers.

David Seif, Kepala Ekonom Pasar Maju di Nomura New York, mengatakan bahwa sebagian pelaku pasar berharap Powell akan memberi sinyal halus bahwa pemangkasan pada September adalah skenario dasar.

“Tapi Powell jelas tidak melakukan itu,” ujarnya.

Baca Juga: Wall Street Menguat, Investor Mencerna Data PDB dan Menanti Keputusan The Fed

Imbal hasil obligasi pemerintah AS naik sekitar dua basis poin setelah Powell menyatakan ekonomi AS masih menunjukkan ketahanan meski suku bunga tetap dalam wilayah yang “sedikit restriktif.”

Menurut Jamie Patton, Co-Head Global Rates di TCW, reaksi pasar obligasi juga diperkuat oleh posisi spekulatif investor.

“Pasar mungkin sudah terlalu jauh mendahului kenyataan, menganggap data saat ini cukup untuk melegitimasi pemangkasan suku bunga pada September,” katanya.

Sikap hati-hati Powell ini muncul di tengah tekanan politik yang kian besar. Presiden Trump kerap mengkritik The Fed karena dianggap lamban dalam menurunkan suku bunga.

Akibat ketidakpastian arah kebijakan ini, pelaku pasar akan terus mencermati data inflasi dan ketenagakerjaan dalam dua bulan ke depan.

Indeks saham small-cap Russell 2000 yang semula mengungguli S&P 500 pada awal sesi, justru ditutup turun 0,47%, lebih dalam dibanding S&P 500 yang melemah 0,12%.

Sementara itu, dolar AS yang sebelumnya tertekan selama tahun ini, menguat tajam setelah pernyataan Powell.

Indeks dolar naik 1% ke posisi tertinggi dalam dua bulan, memangkas pelemahannya sejak awal tahun menjadi 8%.

“Kami masih memperkirakan dolar akan melemah dalam jangka menengah, namun untuk saat ini prospeknya menjadi lebih dua arah,” tulis analis Bank of America Global Research.

Baca Juga: The Fed Diprediksi Tahan Suku Bunga, Meski Trump Desak Pemangkasan Tajam

Kondisi suku bunga tinggi di AS meningkatkan daya tarik dolar terhadap mata uang negara maju lainnya.

“Sikap sabar The Fed, ditambah kuatnya ekonomi AS, membuat tekanan terhadap dolar agak mereda untuk sementara,” ujar Vishal Khanduja, Kepala Pendapatan Tetap Pasar Umum di Morgan Stanley Investment Management.

Meski begitu, Khanduja memperingatkan agar pasar tidak terlalu membesar-besarkan reaksi terhadap hasil pertemuan The Fed. “Saya melihat tidak ada perubahan signifikan dalam sikap mereka,” ujarnya.

Khanduja memperkirakan The Fed bisa memangkas suku bunga sebanyak tiga hingga lima kali pada 2026, namun menekankan bahwa dua data inflasi berikutnya akan sangat menentukan arah kebijakan.

“Mereka masih dalam mode wait-and-see, dan memperkirakan inflasi dalam dua rilis mendatang akan sedikit naik. Tapi mereka juga yakin itu hanya lonjakan sementara,” pungkasnya.

Selanjutnya: Ini Deretan Saham Indeks LQ45 Terbaru Berlaku 1 Agustus 2025, Apa Dampaknya?

Menarik Dibaca: Ini Deretan Saham Indeks LQ45 Terbaru Berlaku 1 Agustus 2025, Apa Dampaknya?




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak Executive Macro Mastery

[X]
×