Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
Dengan semakin memburuknya situasi dan penutupan wilayah udara Israel, Kedutaan Besar Cina di Israel mendesak warganya segera meninggalkan negara tersebut melalui perbatasan darat.
Konflik udara antara Iran dan Israel yang disebut sebagai yang terbesar antara kedua musuh bebuyutan ini semakin meluas. Pada Senin, Israel menggempur lembaga penyiaran nasional Iran dan fasilitas pengayaan uranium.
Kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Rafael Grossi, mengatakan kepada BBC bahwa fasilitas Natanz mengalami kerusakan parah, kemungkinan menghancurkan 15.000 sentrifus. Namun, pabrik Fordow dilaporkan masih utuh.
Baca Juga: Trump Desak Perluasan Deportasi Imigran Ilegal di AS, Sasar Kota Besar
Perundingan AS-Iran yang sebelumnya dijadwalkan di Oman pada 15 Juni dibatalkan. Teheran menyatakan tidak bisa bernegosiasi di tengah serangan.
Israel melancarkan serangan mendadak yang menewaskan sebagian besar pemimpin militer Iran dan ilmuwan nuklir utama. Israel mengklaim telah menguasai wilayah udara Iran dan berencana meningkatkan operasi dalam beberapa hari ke depan.
Trump meyakini bahwa konflik dapat segera berakhir jika Iran menerima pembatasan ketat atas program nuklirnya. “Saya yakin kesepakatan akan tercapai. Iran bodoh jika tidak menandatanganinya,” ujarnya saat pertemuan G7 di Kanada.
Namun, seorang pejabat AS mengungkapkan bahwa Trump tidak akan menandatangani rancangan pernyataan G7 yang menyerukan de-eskalasi. Dalam draf tersebut ditegaskan bahwa Iran tidak boleh memiliki senjata nuklir dan bahwa Israel berhak mempertahankan diri.