Sumber: Arab News | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - BEIRUT. Seorang pengunjuk rasa di Lebanon tewas ditembak polisi pada Selasa (28/4/2020) akibat bentrokan keras kedua kubu saat pelaku demonstrasi mengabaikan jam malam. Mereka kembali melakukan aksi turun ke jalan karena marah atas anjloknya nilai tukar mata uang dan lonjakan harga makanan.
Melansir Arab News, ratusan pengunjuk rasa menyerang sejumlah bank dan membakar kendaraan militer ketika melakukan aksi demonstrasi jalanan di Tripoli. Dalam waktu singkat, kondisi itu berubah menjadi kerusuhan.
Enam perwira militer Libanon terluka ketika pasukan menghadapi demonstran dengan gas air mata dan peluru karet. Aksi militer Lebanon melukai lebih dari 40 orang.
Baca Juga: Sasar Iran, Israel lancarkan serangan udara ke Suriah untuk kali kedua dalam seminggu
Seorang pengunjuk rasa yakni Fawaz Al-Samman, 26 tahun, dilarikan ke rumah sakit setelah terkena peluru karet selama bentrokan. Akan tetapi, Al-Samman meninggal dunia karena luka-lukanya.
Ratusan orang berkumpul di pemakaman korban, mengabaikan larangan pertemuan besar untuk mengekang penyebaran virus corona. Ayah Al-Samman menggambarkan putranya sebagai salah satu dari orang-orang yang lapar.
Komando militer Lebanon kemudian menyatakan "penyesalan mendalam atas jatuhnya martir selama protes pada hari Senin" dan mengatakan bahwa pihaknya telah meluncurkan penyelidikan atas insiden tersebut.
Baca Juga: Lebih 5.000 orang meninggal di seluruh dunia karena virus corona, berikut daftarnya
Tentara menuduh ada penyusup yang menghasut kekerasan, dan mengatakan bahwa sembilan orang telah ditangkap karena membakar bank dan kendaraan militer. Bahkan ada yang melemparkan granat tangan ke pasukan keamanan.
Protes anti-pemerintah di Libanon muncul sejak pekan lalu ketika pemerintah mulai mengurangi penguncian yang bertujuan untuk membatasi penyebaran virus corona.
Setelah aksi protes menyebar ke Beirut pada hari Selasa, ratusan aktivis berpawai di Lapangan Martir, meneriakkan slogan "revolusi", menghalangi jalan dan melemparkan batu ke kendaraan militer.
Para pengunjuk rasa juga membakar Bank Audi di Ras Al-Nabaa.
Koordinator khusus PBB di Libanon, Jan Kubitsch, mengatakan bahwa peristiwa tragis di Tripoli adalah sinyal peringatan bagi para pemimpin politik negara itu.
"Ini bukan waktu yang tepat untuk menyerang bank. Sebaliknya, itu adalah saat ketika dukungan konkret harus diberikan kepada mayoritas rakyat Lebanon yang putus asa, miskin, dan kelaparan di seluruh negeri," jelas Kubitsch.
Baca Juga: Pencegahan virus corona, Kedubes RI di Arab rekomendasikan hindari lima maskapai
Perdana Menteri Libanon Hassan Diab di hadapan sidang kabinet mengatakan, adalah wajar bagi masyarakat untuk turun ke jalan dan mengekspresikan kemarahan mereka, terutama setelah ditemukan ada upaya politik untuk mencegah pemerintah membuka penyelidikan terhadap korupsi.
Namun, ia mengatakan bahwa serangan itu mengungkapkan adanya niat jahat kelompok tertentu untuk mengguncang stabilitas keamanan Libanon. "Itu bermain api. Merusak stabilitas tidak diperbolehkan,” tegasnya.
Baca Juga: Virus corona sudah menjangkiti 77 negara di luar China, ini daftarnya
Suleiman Frangieh, pemimpin Gerakan Marada, mengatakan: "Kami menuju ke tahapan buruk dan keras yang membutuhkan kesabaran, kekuatan dan keyakinan."
Sementara itu, pada hari Selasa, organisasi politik Hizbullah akhirnya melunak dengan mengatakan bahwa gubernur bank sentral Riad Salameh tidak bertanggung jawab seorang diri atas kebijakan moneter yang telah membawa negara itu ke jurang kehancuran.
Baca Juga: Kian ganas, virus corona telah menjangkiti 64 negara, ini daftar lengkapnya
“Salameh bertanggung jawab, tetapi dia tidak sendirian. Krisis saat ini adalah hasil akumulasi kebijakan bertahun-tahun dari pemerintahan sebelumnya,” kata Sheikh Naim Kassem, wakil pemimpin Hizbullah.