kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.491.000   3.000   0,20%
  • USD/IDR 15.520   70,00   0,45%
  • IDX 7.649   21,99   0,29%
  • KOMPAS100 1.191   3,68   0,31%
  • LQ45 949   0,60   0,06%
  • ISSI 231   1,38   0,60%
  • IDX30 486   0,61   0,12%
  • IDXHIDIV20 584   0,36   0,06%
  • IDX80 136   0,39   0,29%
  • IDXV30 142   0,69   0,49%
  • IDXQ30 162   0,37   0,23%

Skema Penipuan Cinta dengan Teknologi Deepfake Mencapai US$46 Juta


Rabu, 16 Oktober 2024 / 12:19 WIB
Skema Penipuan Cinta dengan Teknologi Deepfake Mencapai US$46 Juta
ILUSTRASI. Penipuan cinta telah menjadi salah satu bentuk kejahatan dunia maya yang semakin canggih seiring dengan perkembangan teknologi


Reporter: Handoyo | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penipuan cinta telah menjadi salah satu bentuk kejahatan dunia maya yang semakin canggih seiring dengan perkembangan teknologi.

Di Hong Kong, polisi baru-baru ini mengungkap skandal penipuan yang menggunakan teknologi deepfake untuk memikat korban.

Menguti[ CNN, skema ini berhasil menipu pria di seluruh Asia hingga total kerugian lebih dari US$46 juta. 

Penipuan Cinta dengan Deepfake: Mengapa Teknologi Ini Berbahaya?

Deepfake merupakan teknologi yang memungkinkan pembuatan video, audio, atau konten lain yang sangat realistis dengan bantuan kecerdasan buatan (AI).

Pada kasus penipuan ini, deepfake digunakan untuk menciptakan citra wanita cantik yang tampak nyata dalam video panggilan, sehingga korban percaya bahwa mereka sedang berbicara dengan kekasih baru mereka.

Baca Juga: Sisi Gelap Kecanggihan AI, Melaney Ricardo Pernah Jadi Korban Teknologi Deepfake

Teknologi ini telah semakin sering diadopsi oleh berbagai aktor jahat untuk menyebarkan informasi palsu atau menjalankan penipuan online. Dalam konteks penipuan cinta, deepfake memberikan senjata baru bagi para penipu untuk meyakinkan korban dan memanipulasi emosi mereka.

Modus Operandi Sindikat Penipuan

Polisi di Hong Kong mengungkap bahwa sindikat ini menargetkan pria dari berbagai negara Asia, termasuk Taiwan, Singapura, dan bahkan India. Para korban pertama kali dihubungi melalui pesan teks yang menyatakan bahwa pengirimnya, yang berpura-pura sebagai wanita menarik, secara tidak sengaja menambahkan nomor korban.

Setelah terjalin komunikasi, sindikat penipuan ini mulai membangun hubungan romantis secara online. Mereka menciptakan suasana kedekatan emosional hingga para korban percaya bahwa mereka sedang merencanakan masa depan bersama.

Sindikat penipuan ini sangat terorganisir dan dibagi menjadi beberapa departemen yang bertanggung jawab atas berbagai tahapan penipuan. Mereka bahkan memiliki buku panduan pelatihan yang mengajarkan anggota bagaimana memanfaatkan perasaan korban untuk tujuan kejahatan mereka.

Baca Juga: Donald Trump Katakan Benci Taylor Swift Setelah Mendukung Kamala Harris

Polisi menyebutkan beberapa langkah yang diajarkan dalam panduan tersebut, termasuk:

  • Memahami pandangan dunia korban untuk menciptakan persona yang disesuaikan.
  • Menciptakan cerita fiktif tentang hubungan atau bisnis yang gagal untuk meningkatkan kepercayaan korban.
  • Menggambarkan visi masa depan yang indah, seperti rencana perjalanan bersama, untuk mendorong korban melakukan investasi.

Penggunaan Teknologi Deepfake dan Platform Kripto Palsu

Salah satu aspek yang membuat penipuan ini sangat canggih adalah penggunaan teknologi deepfake. Teknologi ini memungkinkan sindikat untuk membuat video panggilan palsu dengan kualitas yang sangat meyakinkan, di mana korban melihat wanita yang tampaknya nyata, namun sebenarnya hanya hasil rekayasa digital.

Selain itu, sindikat ini bekerja sama dengan spesialis TI di luar negeri untuk membangun platform cryptocurrency palsu. Di sinilah para korban akhirnya diarahkan untuk melakukan investasi besar, dengan harapan keuntungan yang tinggi dari pasar kripto. Namun, semua dana yang diinvestasikan sebenarnya hanya masuk ke kantong sindikat.

Baca Juga: Urgensi Otentikasi Biometrik dalam Menghadapi Penipuan Digital di Sektor Kripto

Dampak dan Pengamanan di Hong Kong

Kejahatan penipuan ini semakin meningkatkan kewaspadaan otoritas di Hong Kong. Kota ini telah lama menjadi pusat keuangan global, dan penipuan berbasis teknologi seperti ini menandai tantangan baru bagi keamanan dunia maya.

Sebelumnya, Hong Kong juga telah mengalami beberapa kasus penipuan telepon dengan korban yang mengalami kerugian besar, khususnya dari kalangan lanjut usia.

Namun, dengan meningkatnya realisme teknologi deepfake, polisi menyatakan bahwa tingkat risiko semakin meningkat. Tahun ini, sebuah perusahaan desain dan teknik multinasional yang berbasis di Hong Kong kehilangan US$25 juta setelah salah satu karyawannya ditipu oleh scammers yang menggunakan deepfake untuk menyamar sebagai kepala keuangan perusahaan.

Penangkapan dan Barang Bukti

Polisi Hong Kong berhasil membongkar sindikat ini setelah mendapatkan intelijen sekitar Agustus. Operasi penangkapan dilakukan di sebuah unit industri seluas 4.000 kaki persegi di distrik Hung Hom. Dalam penggerebekan tersebut, polisi menangkap 21 pria dan 6 wanita, dengan usia berkisar antara 21 hingga 34 tahun.

Sebagian besar tersangka merupakan lulusan media digital dan teknologi dari universitas setempat, yang diduga direkrut oleh sindikat setelah menyelesaikan pendidikan mereka. Barang bukti yang disita termasuk lebih dari 100 ponsel, uang tunai senilai hampir US$26.000, serta sejumlah jam tangan mewah.

Selanjutnya: Prakiraan Cuaca BMKG Wilayah Sumatra Utara Lengkap (16 Oktober 2024)

Menarik Dibaca: Enggak Ada Hujan, Ini Proyeksi BMKG Cuaca Besok (17/10) di Jawa Barat




TERBARU
Kontan Academy
Penerapan Etika Dalam Penagihan Kredit Macet Eksekusi Jaminan Fidusia Pasca Putusan MK

[X]
×