kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Raja Swedia akui negaranya salah karena tidak menerapkan lockdown


Jumat, 18 Desember 2020 / 09:11 WIB
Raja Swedia akui negaranya salah karena tidak menerapkan lockdown
ILUSTRASI. Raja Swedia mengatakan, negaranya telah gagal dalam penanganan Covid-19. REUTERS/Darren Whiteside

Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - STOCKHOLM. Raja Swedia mengatakan, negaranya telah gagal dalam penanganan Covid-19 dan salah karena tidak menerapkan penguncian (lockdown). Pernyataan ini menjadi kritik tajam terhadap kebijakan pandemi seiring tingginya angka kematian di kalangan lansia.

Reuters memberitakan, Carl XVI Gustaf, yang putra dan menantunya dinyatakan positif bulan lalu, menggunakan acara TV Natal tahunan kerajaan khusus untuk menyoroti dampak yang semakin besar dari virus tersebut. Ini menjadi intervensi langka dari seorang raja yang tugasnya sebagian besar hanya bersifat seremonial.

Swedia cukup menonjol dari sebagian besar negara lain dengan menghindari kebijakan lockdown dan pengenaan masker, menutup sekolah, restoran, dan bisnis yang sebagian besar terbuka. Mereka hanya mengandalkan pada jarak sosial sukarela dan rekomendasi kebersihan untuk memperlambat penyebaran.

Sebuah komisi resmi mengatakan pada Selasa, kekurangan sistemik dalam perawatan lansia ditambah dengan tindakan yang tidak memadai dari pemerintah dan lembaga berkontribusi pada angka kematian Swedia yang sangat tinggi di panti jompo.

Baca Juga: Macron positif Covid-19, pemimpin Eropa bergegas tes corona

"Saya yakin kami telah gagal," kata raja dalam kutipan dari program yang disiarkan oleh SVT, Rabu. Pidato lengkapnya akan tayang pada 21 Desember.

"Kami telah mengalami banyak kematian dan itu mengerikan. Itu adalah sesuatu yang membuat kami semua menderita," jelas sang Raja seperti yang dikutip Reuters. 

Swedia telah mencatat lebih dari 7.800 kematian, tingkat per kapita yang jauh lebih tinggi daripada negara tetangganya di Nordik tetapi lebih rendah daripada di Inggris, Italia, Spanyol atau Prancis, yang semuanya memilih untuk menerapkan lockdown. 

Baca Juga: Wah, Presiden Prancis Emmanuel Macron positif corona



TERBARU

×