Reporter: Handoyo | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Donald Trump pada hari Senin membela rencana pemerintahannya untuk menerima pesawat jet mewah jumbo yang dihibahkan oleh pemerintah Qatar.
Menurut Trump, menolak tawaran tersebut akan menjadi tindakan yang “bodoh”, meskipun sejumlah anggota Partai Demokrat mempertanyakan etika dan legalitas penerimaan hibah dari negara asing tersebut.
Mengutip abcnews, dalam pernyataannya di Gedung Putih sebelum memulai perjalanan selama empat hari ke Timur Tengah, Trump menggambarkan hibah tersebut sebagai “gestur yang sangat baik” dan menyatakan bahwa tidak ada permintaan timbal balik dari pihak Qatar.
"Saya pikir ini adalah isyarat yang bagus dari Qatar. Kami sangat menghargainya," kata Trump.
"Saya bukan tipe orang yang akan menolak tawaran seperti itu," terangnya.
Baca Juga: Qatar Beri Trump Pesawat Mewah Senilai Rp 6,6 Triliun, Reaksi Publik AS Terbelah!
Jet untuk Departemen Pertahanan, Bukan untuk Kepentingan Pribadi?
Ketika ditanya apakah pesawat tersebut merupakan hadiah pribadi baginya, Trump menegaskan bahwa hibah itu ditujukan untuk Departemen Pertahanan Amerika Serikat (DoD), bukan untuk dirinya secara pribadi.
Namun, sumber dari ABC News mengungkapkan bahwa pesawat tersebut akan digunakan sebagai Air Force One selama masa jabatan kedua Trump, sebelum kepemilikannya dialihkan ke yayasan perpustakaan kepresidenan Trump setelah ia meninggalkan kantor.
Pengaturan semacam ini memunculkan pertanyaan besar tentang legalitas dan potensi konflik kepentingan.
Kecaman dari Partai Demokrat: "Pelanggaran Etika Tanpa Preseden"
Senator Chuck Schumer, Pemimpin Minoritas Senat dari Partai Demokrat, mengecam keras keputusan tersebut.
"Ini adalah bentuk pengayaan diri yang tidak tahu malu dan tidak memiliki preseden dalam sejarah Amerika," ujar Schumer dalam pidatonya di Senat.
Senator Jack Reed, tokoh utama dari Partai Demokrat di Komite Angkatan Bersenjata, menyebut hibah pesawat itu sebagai “konflik kepentingan yang mencolok” dan memperingatkan bahwa hal ini dapat merusak integritas kepemimpinan Amerika.
Baca Juga: Tarif Trump 145% Ancam Runtuhkan Pabrik Mainan AS di China
Reaksi Gedung Putih: "Sedang Bahas Detail Legal"
Juru bicara Gedung Putih Karoline Leavitt menyampaikan bahwa pemerintah sedang mengkaji aspek hukum dari hibah tersebut. Ia menekankan bahwa setiap donasi kepada pemerintah akan ditangani secara transparan dan sesuai hukum.
"Pemerintah Qatar telah dengan baik hati menawarkan untuk menyumbangkan pesawat ke Departemen Pertahanan," kata Leavitt dalam wawancara di Fox News.
"Kami berkomitmen penuh terhadap transparansi," tambahnya.
“Flying Palace”: Simbol Kemewahan atau Ketidakwajaran?
Pesawat yang dimaksud disebut sebagai “flying palace” karena konfigurasi interiornya yang sangat mewah. Trump sempat mengunjungi pesawat tersebut pada Februari lalu ketika masih terparkir di Bandara Internasional West Palm Beach.
Banyak pengamat menyatakan kekhawatiran bahwa pesawat tersebut lebih menyerupai simbol kekuasaan dan kemewahan pribadi daripada aset untuk pertahanan negara.
Jika pada akhirnya kepemilikan berpindah ke perpustakaan presidensial Trump, hal ini bisa memperkuat tuduhan bahwa Trump menggunakan posisinya untuk keuntungan pribadi jangka panjang.
Baca Juga: Trump Janji Tingkatkan Perdagangan dengan India dan Pakistan Pasca Gencatan Senjata!
Sam Snead dan Filosofi Trump
Trump menggunakan analogi dari pegolf legendaris Sam Snead untuk membenarkan penerimaan pesawat:
"Ketika mereka memberi Anda kesempatan untuk mengambil putt, Anda ucapkan 'terima kasih', ambil bola, dan lanjut ke lubang berikutnya," kata Trump. "Banyak orang bodoh yang malah tetap mencoba memasukkan putt dan akhirnya gagal."
Analogi ini menunjukkan pendekatan Trump yang pragmatis namun dinilai sembrono oleh para pengkritiknya.