Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Raksasa investasi teknologi asal Jepang, SoftBank Group Corp. (9984.T), mencatat lonjakan laba kuartalan yang signifikan setelah valuasi OpenAI, pembuat ChatGPT, melonjak tajam sepanjang tahun ini.
Langkah besar Masayoshi Son, CEO SoftBank, yang menempatkan taruhannya secara “all in” pada perusahaan kecerdasan buatan (AI) tersebut kini mulai membuahkan hasil.
Namun, di sisi lain, muncul kekhawatiran dari para analis dan investor akan potensi “gelembung AI” (AI bubble), di mana valuasi teknologi dinilai terlalu tinggi dibanding potensi keuntungan nyatanya.
Laba SoftBank Naik Dua Kali Lipat
Dalam laporan keuangannya pada Selasa (11/11/2025), SoftBank melaporkan laba bersih kuartal kedua meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi 2,5 triliun yen (US$16,6 miliar), terutama berkat kenaikan valuasi kepemilikannya di OpenAI.
Baca Juga: Indeks Nikkei Melemah Tipis, Tertekan Saham Advantest dan SoftBank Group
SoftBank juga mempercepat aktivitas pendanaannya dengan menjual sejumlah aset, termasuk sisa kepemilikannya di Nvidia senilai US$5,83 miliar, serta menerbitkan obligasi dan mengambil pinjaman jangka pendek (bridging loan).
Kinerja tersebut bertepatan dengan lonjakan saham sektor teknologi global, yang turut mendorong harga saham SoftBank ke rekor tertinggi.
Perusahaan bahkan mengumumkan pemecahan saham (stock split) 4 banding 1 agar lebih mudah diakses investor ritel, setelah nilainya hampir naik empat kali lipat dalam enam bulan terakhir.
Di Antara “Boom” dan “Bubble” AI
Lonjakan investasi global di bidang infrastruktur AI, seperti pusat data dan komputasi, turut mengangkat nilai perusahaan yang menjadi pionir di sektor ini, termasuk OpenAI. Namun, beberapa analis memperingatkan bahwa pasar mungkin sedang berada di ambang gelembung spekulatif.
Baca Juga: Softbank Setuju Gelontorkan Investasi US$ 22,5 Miliar ke OpenAI
Meski valuasi OpenAI terus meningkat, kerugian operasional perusahaan juga bertambah, menurut laporan Reuters pada Oktober.
“Ada berbagai pendapat, tetapi posisi SoftBank jelas: risiko tidak berinvestasi jauh lebih besar daripada risiko berinvestasi,” ujar Yoshimitsu Goto, Chief Financial Officer SoftBank, dalam konferensi pers di Tokyo.
Pada Maret 2025, SoftBank memimpin rencana pendanaan hingga US$40 miliar untuk OpenAI dengan valuasi US$300 miliar. Selanjutnya pada Oktober, SoftBank termasuk dalam konsorsium investor yang membeli saham senilai US$6,6 miliar dari karyawan OpenAI, dengan valuasi lebih tinggi yaitu US$500 miliar.
Total investasi SoftBank di OpenAI diperkirakan mencapai US$34,7 miliar hingga akhir Desember 2025.
Vision Fund Jadi Motor Utama Laba
Unit investasi Vision Fund milik SoftBank mencatat keuntungan investasi sebesar 3,5 triliun yen, terutama dari kepemilikannya di OpenAI yang menyumbang 2,16 triliun yen selama kuartal tersebut.
Kinerja ini merupakan hasil kuartalan terbaik SoftBank sejak Juli–September 2022, jauh lebih tinggi dibanding laba 1,18 triliun yen pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Baca Juga: OpenAI, Oracle, dan SoftBank Bangun 5 Pusat Data AI Baru di AS
Aktivitas Pendanaan Kian Agresif
Investasi SoftBank di sektor AI menjadi yang paling ambisius sejak peluncuran Vision Fund I dan II pada 2017 dan 2019. Untuk mendanai ekspansi tersebut, perusahaan melakukan berbagai langkah pendanaan besar:
-
Menjual 32,1 juta saham Nvidia, termasuk yang dimiliki melalui anak usaha manajemen aset.
-
Menerbitkan obligasi multi-mata uang senilai 620 miliar yen, US$2,2 miliar, dan 1,7 miliar euro (US$1,98 miliar) sejak April.
-
Mengambil pinjaman sementara (bridging loan) senilai US$8,5 miliar untuk investasi di OpenAI, serta US$6,5 miliar untuk akuisisi perusahaan desain semikonduktor Ampere.
Taruhan Besar Masayoshi Son
Masayoshi Son dikenal dengan strateginya yang berani dalam mengambil risiko tinggi pada teknologi transformatif. Taruhannya pada Alibaba terbukti sangat menguntungkan, namun beberapa investasi besar lainnya – seperti pada perusahaan WeWork – berakhir dengan kerugian besar.
Kini, dengan taruhan raksasa pada OpenAI dan sektor AI secara umum, SoftBank berharap bisa mengulangi kesuksesan masa lalunya di tengah euforia dan ketidakpastian pasar AI global.













