Reporter: Dyah Megasari, The Guardian, Financial Times |
LONDON. Meski penyelesaian masalah keuangan zona Eropa bergulir dan menemui kesepakatan-kesepakatan baru, miliuner kelas dunia George Soros kembali mengingatkan para pemimpin Benua Biru untuk waspada. Ia mengamati, krisis Uni Eropa sudah masuk dalam tahap lebih mematikan.
Pada akhirnya, jika krisis utang tersebut ingin cepat pergi, masing-masing negara harus bisa membiayai kembali utang mereka pada tingkat bunga yang sama.
Soros, yang dikenal karena kenekatannya melanggar aturan Bank of England dan memaksa nilai tukar poundsterling terdevaluasi saat krisis 1992 berpendapat, krisis Eropa saat ini bukannya mereda, justru sedang berancang-ancang menuju kondisi yang cukup parah.
Stagnasi ekonomi Eropa masih bakal berlangsung lama bahkan lebih buruk dan menguji daya tahan euro. Ia membandingkan dengan krisis yang terjadi di Amerika Latin pada 1982. Saat itu, Amerika Latin juga dinilai memasuki dekade yang kelam.
"Perangkap deflasi mengancam akan menghancurkan politik. Sangat sulit bagi Uni Eropa keluar dari masalah ini," ujarnya.
Pria berusia 82 tahun ini juga menilai, suntikan bank sentral Eropa pada perbankan untuk mencegah krisis kredit gagal memecahkan masalah mendasar di Eropa.
"Yang terjadi justru kesenjangan antara Jerman dan negara-negara debitur seperti Yunani jauh lebih besar. Kondisi ke depan akan lebih volatile dan membunuh," ulasnya.