Reporter: Handoyo | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. SpaceX, perusahaan eksplorasi luar angkasa milik Elon Musk, telah memenangkan kontrak senilai US$843 juta dari NASA untuk membantu mengakhiri operasional Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).
Proses ini akan menandai berakhirnya era penting dalam penelitian ilmiah di orbit rendah Bumi, sekaligus membuka jalan bagi stasiun luar angkasa komersial di masa depan.
Akhir Operasional ISS pada 2030
Mengutip unilad.com, dibangun pada tahun 1998 melalui kolaborasi internasional antara NASA (Amerika Serikat), Roscosmos (Rusia), ESA (Eropa), JAXA (Jepang), dan CSA (Kanada), ISS telah menjadi pusat eksperimen unik yang tidak dapat dilakukan di Bumi.
Baca Juga: Elon Musk Hadapi Pukulan Berat Pasca Kompensasi Senilai US$56 Miliar Dibatalkan
ISS mengorbit pada ketinggian sekitar 250 mil di atas permukaan Bumi dan disebut sebagai “pencapaian luar biasa dalam kolaborasi manusia global” oleh NASA.
Namun, ISS tidak dirancang untuk bertahan selamanya. Operasionalnya dijadwalkan berakhir pada tahun 2030, dengan fase deorbitasi dimulai 18 bulan setelah penghentian aktivitasnya.
Proses Deorbitasi oleh SpaceX
Dalam kontrak ini, SpaceX akan menggunakan versi modifikasi dari pesawat ruang angkasa Dragon, yang dirancang khusus untuk misi ini. Pesawat ini akan dilengkapi dengan:
- Propelan enam kali lebih banyak dibandingkan Dragon standar.
- Daya dorong empat kali lebih besar untuk memastikan ISS dapat diarahkan ke jalur deorbit dengan aman.
Baca Juga: Jeff Bezos Bangun Kapal Mewah Lagi Seharga US$75.000.000, Ini Alasannya
Setelah pesawat Dragon menempel pada ISS, ia akan menggunakan sistem dorongannya untuk menurunkan orbit stasiun secara bertahap hingga memasuki atmosfer Bumi. Sebagian besar struktur ISS akan terbakar di atmosfer, sementara modul-modul besar yang tersisa akan mendarat di area yang disebut “splash spot,” lokasi yang masih dirahasiakan oleh NASA.
Pentingnya Misi ini bagi Masa Depan
Menurut Ken Bowersox, Associate Administrator untuk Direktorat Operasi Misi Luar Angkasa di NASA, langkah ini memastikan transisi yang aman dan bertanggung jawab dari ISS, sekaligus mendukung rencana NASA untuk pengembangan stasiun luar angkasa komersial di masa depan.
“Laboratorium orbit ini tetap menjadi cetak biru untuk ilmu pengetahuan, eksplorasi, dan kemitraan di luar angkasa demi manfaat semua pihak,” kata Bowersox.
Baca Juga: Jepang Hoki, Temukan 230.000.000 Ton Mineral Langka Bernilai Miliaran Dolar AS
Stasiun Luar Angkasa Baru dan Peran SpaceX
Setelah era ISS berakhir, sembilan stasiun luar angkasa baru akan melanjutkan penelitian di orbit, termasuk stasiun luar angkasa Tiangong milik China yang telah beroperasi sejak 2021.
SpaceX terus memainkan peran penting dalam eksplorasi luar angkasa. Selain kontrak deorbit ISS, SpaceX baru-baru ini memenangkan kontrak senilai US$256 juta untuk meluncurkan misi Dragonfly NASA. Misi ini akan mengirim rotorcraft ke bulan terbesar Saturnus, Titan, pada tahun 2028, dengan pendaratan diproyeksikan pada 2034.