Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketidakpastian yang ditimbulkan oleh strategi tarif Presiden Amerika Serikat Donald Trump terhadap pasar keuangan global kini semakin meningkat. Hal ini diperparah oleh dorongan Trump untuk menegosiasikan perjanjian dagang bilateral serta berbagai tantangan hukum terhadap kebijakan tarif tersebut.
Kebijakan tarif “resiprokal” (imbal balik) yang ditandatangani Trump terhadap 69 mitra dagang utama AS resmi berlaku pada 7 Agustus 2025. Kebijakan ini menetapkan tarif impor baru antara 10% hingga 41%, sehingga rata-rata tarif impor AS kini mencapai level tertinggi dalam 100 tahun terakhir.
Trump Yakin Capai Kesepakatan dengan China
Dalam perkembangan terbaru, Trump menyatakan optimismenya bahwa ia akan “mendapatkan kesepakatan” dengan Presiden China Xi Jinping saat keduanya bertemu di Korea Selatan pada Kamis (30/10).
Baca Juga: Trump Tegaskan Tak Akan Maju sebagai Wakil Presiden AS pada Pemilu 2028
Menurut pejabat AS, tim negosiasi kedua negara telah menyelesaikan kerangka awal perjanjian pada 26 Oktober 2025. Kesepakatan tersebut bertujuan untuk menghentikan rencana kenaikan tarif AS yang lebih tinggi sekaligus membatasi kontrol ekspor logam tanah jarang (rare earths) dari China.
Linimasa Agenda Terkait Kebijakan Tarif AS
30 Oktober 2025
Presiden Donald Trump dan Xi Jinping dijadwalkan bertemu di Korea Selatan, dengan harapan bahwa pertemuan tersebut dapat membuka jalan menuju kesepakatan dagang potensial antara dua ekonomi terbesar dunia.
Baca Juga: Trump Disambut Secara Kerajaan di Jepang, Upayakan Gencatan Dagang dengan China
1 November 2025
-
Tarif 25% atas seluruh impor truk medium dan berat akan mulai berlaku.
-
Jika AS dan China gagal mencapai kesepakatan, maka tarif tambahan sebesar 100% akan diterapkan pada ekspor China ke Amerika, disertai pembatasan baru terhadap ekspor perangkat lunak penting (critical software).
1 Januari 2026
Tarif yang sebelumnya 25% akan kembali dinaikkan menjadi:
-
30% untuk furnitur berlapis (upholstered furniture)
-
50% untuk lemari dan vanity yang diimpor dari negara-negara tanpa perjanjian dagang dengan AS.













