Penulis: Belladina Biananda
KONTAN.CO.ID - Dampak infeksi virus corona baru tidak boleh disepelekan. Selain mengganggu sistem pernapasan, Covid-19 juga dapat menyebabkan gangguan kesehatan mental.
Temuan itu merupakan hasil penelitian dari para peneliti di Universitas Oxford, Inggris. Mengutip dari Thesouthafrican.com, peneliti menganalisis data 69 juta orang di Amerika Serikat.
Sebanyak 62.000 data yang digunakan merupakan pasien terinfeksi virus corona. Hasilnya, gangguan kesehatan yang umum dialami adalah gangguan kecemasan, depresi, dan insomnia.
Hasil penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal The Lancet menunjukkan, satu dari lima pasien Covid-19 mengalami gangguan mental. Hal itu terjadi 90 hari setelah mereka didiagnosis terinfeksi virus corona.
Sebelum terjangkit virus corona, pasien tak memiliki gangguan kesehatan mental apa pun.
Hasil penelitian juga memperlihatkan, orangtua berusia lebih dari 65 tahun didiagnosis mengalami demensia 90 hari setelah terinfeksi virus corona. Meski demikian, penulis peneltian mengatakan, butuh penelitian lebih lanjut untuk benar-benar memastikan hal itu.
Baca Juga: Virus corona bukan lahir di Wuhan, kasus Covid-19 ditemukan di Italia lebih dahulu
Baca Juga: 65 Staf WHO di kantor pusat Jenewa terinfeksi Covid-19 sejak awal pandemi
Melansir dari Thesouthafrican.com, gangguan kesehatan mental pada pasien Covid-19 karena virus corona juga menyerang sistem saraf manusia. Hasil penelitian itu dipublikasikan dalam Annals of Clinical and Translational Neurology pada Oktober lalu.
Hasilnya, 80% pasien Covid-19 yang dirawat di rumahsakit mengalami gangguan neurologis, seperti nyeri otot, pusing, dan kebingungan. Selain menyebabkan gangguan mental, infeksi virus corona juga mengakibatkan encephalopathy.
Encephalopathy adalah kondisi di mana fungsi otak terganggu akibat infeksi virus atau adanya zat racun dalam darah. Hasil penelitian menunjukkan, satu dari tiga pasien Covid-19 mengalami penyakit encephalopathy.
Sebanyak 65% orang yang sudah memiliki gangguan kesehatan mental sebelum pandemi lebih mudah tertular virus. Para peneliti menyebutkan, hasil penelitian itu perlu jadi pertimbangan siapa dulu yang perlu mendapat vaksin.