Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - Sebuah analisis genetik atas sampel lebih dari 7.500 orang yang terinfeksi Covid-19 menunjukkan, virus corona baru menyebar dengan cepat ke seluruh dunia akhir tahun lalu dan beradaptasi dengan inang manusia.
Studi para ilmuwan di Genetics Institute University College London (UCL) menemukan, hampir 200 mutasi genetik berulang dari virus corona baru bernama SARS-CoV-2, yang memperlihatkan bagaimana virus itu bisa berkembang ketika menular pada orang.
Francois Balloux, profesor UCL yang ikut memimpin penelitian, mengatakan, hasil analisis menunjukkan, sebagian besar keragaman genetik global dari virus yang menyebabkan Covid-19 ditemukan di semua negara yang paling terpukul wabah.
Itu menunjukkan, virus corona sudah menular secara luas di seluruh dunia sejak awal epidemi.
Baca Juga: Asa, peneliti Belanda temukan antibodi yang bisa netralkan virus corona
“Semua virus bermutasi secara alami. Mutasi pada diri mereka sendiri bukanlah hal yang buruk dan tidak ada yang menunjukkan SARS-CoV-2 bermutasi lebih cepat atau lebih lambat dari yang diharapkan,” kata Balloux, Rabu (6/5), seperti dikutip Reuters.
"Sejauh ini, kita tidak bisa mengatakan, apakah SARS-CoV-2 menjadi lebih atau kurang mematikan dan menular," ujar dia
Dalam studi lainnya, para ilmuwan di Universitas Glasgow, Inggris, yang juga menganalisis sampel SARS-CoV-2 menyebutkan, temuan mereka menunjukkan, penelitian sebelumnya yang menyatakan ada dua jenis virus berbeda adalah tidak akurat.
Sebuah studi pendahuluan oleh para ilmuwan China pada Maret lalu menunjukkan, ada dua jenis virus corona baru yang menyebabkan infeksi di Tiongkok, yang satu lebih "agresif" dari yang lain.
Baca Juga: Temukan antibodi corona, Israel cari produsen yang mau produksi massal
Melansir Reuters, ilmuawan di Universitas Glasgow dalam analisis mereka yang terbit dalam jurnal Virus Evolution mengatakan, hanya satu jenis virus corona baru yang beredar.
Lebih dari 3,68 juta orang terinfeksi virus corona baru secara global dan 256.000 meninggal, menurut penghitungan Reuters. Infeksi terjadi di lebih dari 210 negara dan wilayah sejak kasus pertama kali teridentifikasi di China pada Desember 2019.
Temuan tim UCL, yang diterbitkan dalam jurnal Infection, Genetics and Evolution, mengonfirmasi, virus corona baru muncul pada akhir 2019, kata Balloux, sebelum dengan cepat menyebar ke seluruh dunia.
Tim UCL memeriksa genom lebih dari 7.500 virus dari pasien yang terinfeksi di seluruh dunia. Hasil mereka menambah bukti yang berkembang, SARS-CoV-2 memiliki nenek moyang yang sama sejak akhir 2019, virus melompat dari inang hewan ke manusia.
Baca Juga: Wah, Madonna klaim punya antibodi virus corona
Sebuah studi para ilmuwan Prancis yang rilis awal pekan ini menemukan seorang pria di negeri Menara Eiffel terinfeksi virus corona pada 27 Desember, hampir sebulan sebelum negara itu mengonfirmasi kasus pertamanya.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, kasus Prancis itu "tidak mengejutkan" dan mendesak negara-negara untuk menyelidiki kasus mencurigakan awal lainnya.
Balloux mengatakan, ada 198 perubahan genetik kecil atau mutasi yang teridentifikasi oleh penelitiannya. Ini bisa menjadi petunjuk bermanfaat bagi para peneliti yang ingin mengembangkan obat-obatan dan vaksin virus corona.
“Jika kita memfokuskan upaya kita pada bagian-bagian dari virus yang cenderung bermutasi, kita memiliki peluang lebih baik untuk mengembangkan obat yang akan efektif dalam jangka panjang,” ujar Balloux.