kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Surat terbuka siswa Gresik ke PM Aussie: Tolong ambil kembali sampah plastik Anda


Rabu, 22 Januari 2020 / 09:20 WIB
Surat terbuka siswa Gresik ke PM Aussie: Tolong ambil kembali sampah plastik Anda
ILUSTRASI. Petugas menunjukkan kertas bekas (waste paper) impor yang dikirim dari Australia di lapangan penumpukkan kontainer di PT Terminal Petikemas Surabaya (TPS) di Surabaya, Jawa Timur. ANTARA FOTO/Didik Suhartono/hp.


Sumber: ABC News | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Seorang aktivis lingkungan Indonesia berusia 12 tahun, meminta Perdana Menteri Australia Scott Morrison untuk menghentikan ekspor limbah kertas dan plastik negaranya ke provinsi tempat tinggalnya.

Melansir ABC News, Aeshninna (Nina) Azzahra dari Gresik, Jawa Timur, mengajukan permintaan melalui surat terbuka kepada PM yang dikirim secara pribadi ke kedutaan Australia di Jakarta kemarin malam, Selasa (21/1/2020).

Surat itu mengekspresikan kekecewaan Azzahra pada dampak ekologis dan kesehatan dari limbah asing di Indonesia, dan merinci dampak langsung dari perdagangan ekspor pada desa-desa di wilayahnya.

Baca Juga: Masalah sampah dan lingkungan jadi tantangan berat bisnis hotel di Bali

Dia mengatakan, potongan-potongan plastik yang dia temui membawa label-label yang berasal dari Kanada, Australia, AS, Inggris, dan sejumlah negara-negara maju lainnya.

"Tolong simpan limbah Australia di Australia dan jangan mengirim sampah yang tidak dapat didaur ulang ke Indonesia, yang akan menambah lebih banyak masalah sampah plastik di negara saya," katanya kepada Morrison seperti yang dikutip ABC.

Azzahra juga menulis, "Berhentilah mengekspor campuran kertas bekas dengan sisa plastik ke Jawa Timur dan Indonesia. Tolong ambil kembali sampah Anda dari Indonesia."

Banyak negara kaya mengekspor limbah yang tidak dapat didaur ulang ke negara-negara miskin yang ditugaskan untuk pekerjaan daur ulang yang berbahaya atau menghancurkannya.

Baca Juga: Regulasi impor limbah non-B3 rancu, industri kertas tertekan

China, sebelumnya adalah pemimpin dunia dalam perdagangan, tetapi sejak Beijing memberlakukan larangan impor limbah pada Juli 2017, jutaan kilogram limbah dari Australia dan negara maju lainnya berakhir di Indonesia, Vietnam, dan Malaysia.

Pada tahun 2018, Australia mengekspor 52.000 ton limbah ke provinsi Jawa Timur Indonesia. Angka ini meningkat 250% dari tahun 2014.

Azzahra mengatakan kepada ABC bahwa selama perjalanannya ke ladang sampah Jawa Timur, limbah dengan label Australia adalah yang paling umum dia temukan setelah sampah yang berlabel AS.

Kantor Perdana Menteri mengatakan kepada ABC dalam sebuah pernyataan bahwa Pemerintah Australia akan menghentikan ekspor plastik, kaca dan kertas bekas mulai Juli.

"Sama seperti Nina, Pemerintah kami menganggap penanganan sampah adalah prioritas utama karena ini merupakan masalah penting bagi lingkungan kami di rumah dan di seluruh wilayah tempat kami tinggal," kata pernyataan itu.

Baca Juga: Industri daur ulang dalam negeri memberikan potensi yang menjanjikan

Juru bicara itu juga mengatakan bahwa pemerintah Australia akan bekerja dengan industri untuk menghapuskan kemasan plastik sekali pakai dan microbeads berbahaya.

"Kami mendukung rencana Indonesia untuk mengurangi puing-puing laut sebesar 20% dan limbah hingga 30% dan kami bermitra dengan mereka untuk berbagi pengetahuan kami dan apa yang telah dipelajari kedua negara," tambah juru bicara tersebut.

Reuters memperkirakan impor limbah Indonesia secara keseluruhan naik 141% mencapai 283.000 ton pada tahun 2018 - setara dengan sekitar 123 badak putih berukuran rata-rata.

Baca Juga: Jadi masalah lingkungan, pengelolaan sampah harus dipacu

Tahun lalu, kelompok aktivis lingkungan Indonesia Ecoton menuduh perusahaan-perusahaan Australia "menyelundupkan" sejumlah besar kertas plastik dan limbah yang diduga dikirim untuk didaur ulang.

Eko Wahyudi, seorang pemilik bisnis pengolahan limbah, mengatakan kepada Los Angeles Times bahwa ia pernah memiliki 20 orang yang mempekerjakan pemilahan sampah, membayar mereka sekitar A$ 3,50 per hari (US$ 5,10).

Baca Juga: Imlow desak pemerintah segera periksa kontainer limbah yang menumpuk di Tanjung Priok

Di Indonesia, upah minimum ditetapkan per provinsi, yang untuk Jawa Timur ditetapkan A$ 4,07 per hari pada tahun 2020.

Limbah yang tidak dapat didaur ulang, seperti sampah plastik, dijual sebagai sumber bahan bakar murah untuk produsen tahu di provinsi ini.

Baca Juga: KLHK temukan 428 kontainer berisi sampah selama April hingga September 2019




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×